Bentrokan Berdarah Antara Hamas dan Klan Doghmush di Jalur Gaza: 27 Tewas
JAKARTA, CNN Indonesia — Pertikaian bersenjata antara milisi Hamas dan klan Doghmush kembali meletus di Jalur Gaza meski gencatan senjata dengan Israel masih berlaku. Sejak akhir pekan lalu, ratusan anggota pasukan keamanan Hamas terlibat bentrokan yang menyebabkan sedikitnya 27 orang tewas, terdiri dari delapan anggota Hamas dan 19 anggota klan Doghmush, menurut laporan Kementerian Dalam Negeri Gaza.
Klan Doghmush merupakan salah satu kelompok bersenjata terbesar di Gaza. Dalam sejarahnya, klan ini diisi oleh anggota berbagai fraksi politik Palestina. Pada tahun 2007, Salah Doghmush, pimpinan klan, menyatakan bahwa anggotanya terafiliasi dengan sejumlah organisasi seperti Fatah, Hamas, dan Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina, tetapi tetap bersatu sebagai keluarga tanpa membicarakan politik.
Terkait insiden terbaru ini, konflik mencuat kembali dengan tudingan saling serang. Menurut BBC, Hamas menyerang Doghmush setelah dua anggotanya tewas dan lima lainnya terluka. Namun, Doghmush membantah laporan tersebut, menyatakan bahwa pasukan Hamas mendatangi bangunan bekas Rumah Sakit Yordania yang kini dijadikan tempat berlindung setelah rumah mereka hancur akibat serangan Israel.
Sementara itu, pertemuan kedua belah pihak ini juga menewaskan seorang jurnalis Palestina, Saleh Aljafarawi, yang sedang meliput peristiwa tersebut di lingkungan Sabra, Gaza City. Kepastian mengenai penyebab bentrokan dan afiliasi Klan Doghmush dengan pihak-pihak tertentu masih menjadi perdebatan di dalam Gaza.
Sebelum bentrokan ini, pada awal Oktober, Nizar Doghmush, pemimpin klan, mengungkapkan bahwa ia telah dihubungi oleh militer Israel untuk mengelola apa yang disebut “zona kemanusiaan” di Gaza City. Penolakan terhadap tawaran tersebut disusul oleh serangan udara Israel yang menghancurkan area tempat tinggalnya.
Isu dukungan Israel terhadap kelompok milisi di Gaza juga tidak kalah pelik. Beberapa laporan menyebutkan bahwa Israel mendukung kelompok milisi, termasuk Pasukan Populer yang dipimpin oleh Yasser Abu Shabab dan dikenal berkonflik dengan Hamas. Selain itu, disebutkan pula kelompok “Pasukan Serangan Melawan Teror” yang dipimpin oleh Hussam Al-Astal, yang juga mengalami bentrokan dengan Hamas.
Selama ini, Hamas sering dihadapkan pada tuduhan bahwa mereka mencuri bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza. Namun, laporan menunjukkan bahwa Pasukan Populer, yang juga terlibat dalam sengketa ini, disebut-sebut sebagai pihak yang menjarah bantuan tersebut dengan tujuan komersial.
Keseluruhan situasi ini menciptakan suasana tegang di Gaza, di mana masyarakat sipil menjadi korban dari konflik yang berkepanjangan ini. Gencatan senjata dengan Israel yang diharapkan bisa mengurangi ketegangan, justru memperkarakan kembali rivalitas internal yang telah ada selama bertahun-tahun.
Bentrokan ini tak hanya menggambarkan ketegangan di antara dua kelompok, tetapi juga mencerminkan kompleksitas dinamika kekuasaan dan politik di Gaza. Keterlibatan berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar, menunjukkan bahwa penyelesaian konflik ini tidaklah sederhana. Masyarakat Gaza semakin terjepit di antara berbagai kepentingan yang saling bertentangan.








