Arab Saudi Kecam Kunjungan Provokatif Pejabat Israel ke Masjid Al-Aqsa
Jakarta, CNN Indonesia — Arab Saudi mengeluarkan pernyataan tegas mengecam praktik provokatif yang dilakukan oleh pejabat Israel di kompleks Masjid Al-Aqsa. Kecaman ini menyusul kunjungan Menteri Keamanan Nasional Israel sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, pada hari Minggu (3/8) yang dianggap memicu ketegangan lebih lanjut di wilayah tersebut.
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menyatakan bahwa tindakan semacam itu berpotensi memperburuk konflik di kawasan. Dalam pernyataannya, mereka menegaskan bahwa Israel harus menghormati status quo yang ada dan tidak melakukan provokasi. “Praktik-praktik ini dapat memicu konflik di wilayah tersebut,” ujar pernyataan resmi kementerian, seperti dikutip dari The National.
Lebih lanjut, Kementerian Luar Negeri Yordania juga ikut menyuarakan keberatan atas tindakan Ben-Gvir, menyebutnya sebagai pelanggaran besar terhadap hukum internasional dan hukum humaniter. “Ini adalah provokasi yang tidak dapat diterima dan eskalasi yang terkutuk,” tukasnya. Pihak Yordania menegaskan bahwa Israel tidak memiliki kedaulatan atas Masjid Al-Aqsa, yang telah menjadi pusat keagamaan bagi umat Islam selama berabad-abad.
Kompleks Masjid Al-Aqsa telah dikelola oleh yayasan keagamaan Yordania, di mana orang Yahudi diperbolehkan mengunjungi namun dilarang berdoa di sana. Waqf, yayasan yang bertanggung jawab atas pengelolaan kompleks tersebut, mencatat bahwa Ben-Gvir termasuk di antara sekitar 1.250 pengunjung yang datang ke situs suci tersebut. Mereka melaporkan bahwa pengunjung terlihat berdoa, berteriak, dan bahkan menari di dalam kawasan tersebut.
Menanggapi isu ini, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menjelaskan bahwa kebijakan Israel untuk mempertahankan status quo di Bukit Bait Suci tidak berubah. “Kebijakan ini akan terus berlaku,” tegas Netanyahu.
Di tengah ketegangan yang terus meningkat, kemarahan di Israel semakin terpicu setelah kelompok Hamas dan Jihad Islam Palestina (PIJ) merilis video yang menunjukkan kondisi sandera Israel yang ditahan di Gaza. Video berdurasi enam menit itu menunjukkan sandera Rom Braslavski, 21 tahun, yang tampak tertekan, direkam beberapa hari sebelum kehilangan kontak dengan para penculiknya.
Hari berikutnya, Hamas juga merilis video sandera lainnya, Evyatar David, yang terlihat kurus dan sedang menggali lubang yang disinyalir akan menjadi kuburannya. Video-video tersebut rilis saat utusan AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, mengunjungi kerabat sandera Israel, menimbulkan kemarahan di masyarakat Israel.
Ibu dari Rom Braslavski menyampaikan ungkapan duka yang mencolok, “Jangan menangisi anak-anak di Gaza, tangisi Rom,” seraya menekankan rasa kesedihan yang mendalam akibat nasib anaknya. Pemimpin oposisi Yair Lapid juga mengajak seluruh anggota pemerintahan untuk menonton video Evyatar sebelum tidur, sebagai bentuk empati terhadap kondisi sandera.
Di Tel Aviv, demonstrasi pun terjadi, di mana para pengunjuk rasa memblokir jalan tol sebagai bentuk solidaritas dan tuntutan untuk kesepakatan pertukaran sandera. Insiden ini menunjukkan kompleksitas krisis yang sedang berlangsung di wilayah yang telah lama bergolak ini, menyoroti kebutuhan mendesak akan penanganan yang hati-hati dan diplomasi yang lebih konstruktif.