Kerusuhan Demonstrasi Gen Z di Maroko, Tiga Tewas dan Ratusan Terluka
JAKARTA – Aksi demonstrasi yang diprakarsai oleh kelompok Gen Z di Maroko berujung tragis, mengakibatkan tiga korban tewas dan ratusan lainnya terluka. Perdana Menteri Maroko, Aziz Akhannouch, menyampaikan informasi ini pada Kamis (2/10), menambahkan bahwa jumlah korban tewas meningkat dari dua menjadi tiga orang.
Ketiga demonstran tersebut kehilangan nyawa setelah terlibat bentrokan dengan aparat keamanan saat mencoba menyerbu kantor polisi pada Rabu (1/10) malam. Dalam keterangan resmi dari juru bicara Kementerian Dalam Negeri, insiden tersebut terjadi setelah demonstran berupaya merebut senjata milik polisi. Awalnya, otoritas melaporkan dua korban tewas akibat tindakan aparat yang membela diri. Senjata api terpaksa digunakan setelah gas air mata dianggap tidak efektif untuk membubarkan massa.
Gelombang protes yang melanda Maroko dalam beberapa hari terakhir dipicu oleh kemarahan masyarakat, terutama generasi muda, atas kondisi pelayanan kesehatan. Kejadian tragis di mana delapan wanita meninggal di rumah sakit umum di Agadir menjadi pemicu utama. Demonstrasi awalnya menuntut reformasi di sektor kesehatan dan pendidikan, namun dengan cepat bertransformasi menjadi aksi kekerasan.
Protes dimulai pada Sabtu lalu dengan tuntutan akan peningkatan layanan kesehatan dan pendidikan. Sejak itu, ratusan pengunjuk rasa berkumpul di berbagai kota, termasuk Casablanca, Tangier, dan Tetouan. Demonstrasi ini merupakan hasil mobilisasi dari kelompok Gen Z 212, yang merupakan komunitas anonim yang dibentuk melalui platform media sosial Discord. Dalam waktu singkat, jumlah anggota di server Discord Gen Z 212 melonjak dari sekitar 3.000 menjadi lebih dari 130.000.
Melalui media sosial seperti TikTok dan Instagram, kelompok ini berhasil menggerakkan massa dengan slogan-slogan seperti ‘berantas korupsi’, serta menyerukan ‘kebebasan, martabat, dan keadilan sosial’. Di tengah hiruk-pikuk demonstrasi, sebagian pengunjuk rasa meminta Perdana Menteri Akhannouch untuk mundur.
Menurut laporan dari Kementerian Dalam Negeri Maroko, lebih dari 400 orang telah ditangkap, dan hampir 300 lainnya mengalami luka-luka akibat kerusuhan tersebut. Situasi di beberapa kota tetap tegang, dengan aparat keamanan meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah terulangnya bentrokan serupa.
Perdana Menteri Akhannouch mengungkapkan keprihatinannya terhadap angka korban dan mengecam tindakan kekerasan yang terjadi. “Kami berkomitmen untuk bertindak tegas terhadap setiap bentuk kerusuhan dan kekerasan. Namun, kami juga memahami aspirasi masyarakat akan perubahan yang lebih baik,” ujarnya dalam pernyataan resmi.
Kondisi di Maroko saat ini mencerminkan ketidakpuasan yang mendalam di kalangan generasi muda terhadap pemerintah, terutama terkait isu-isu sosial dan ekonomi. Dengan tantangan-tantangan yang ada, pemerintah diharapkan mampu merespons suara rakyat dan segera mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki kondisi layanan publik yang dinilai memprihatinkan.
Demonstrasi ini semakin menunjukkan betapa pentingnya dialog dan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat dalam mengatasi permasalahan yang ada. Melihat perkembangan yang terjadi, banyak pihak berharap insiden serupa tidak terulang di masa mendatang.