Nasional

Hamas Minta Jaminan untuk Akhiri Perang di Gaza

Avatar photo
5
×

Hamas Minta Jaminan untuk Akhiri Perang di Gaza

Sebarkan artikel ini

Hamas Tuntut Jaminan Penghentian Perang di Gaza

Pemimpin Hamas Khalil al-Hayya mengungkapkan permintaan “jaminan nyata” untuk mengakhiri perang Israel di Jalur Gaza. Dalam pernyataan yang disampaikan kepada saluran berita pemerintah Mesir, Al-Qahera News, al-Hayya menegaskan bahwa pihaknya siap untuk mencapai kesepakatan dengan syarat penarikan pasukan Israel dari Gaza dan pembebasan semua tawanan Israel, baik yang hidup maupun yang mati, sebagai imbalan untuk tahanan Palestina, sesuai dengan rencana yang diajukan oleh Presiden AS, Donald Trump.

Al-Hayya juga mengkritik tindakan militer Israel yang terus berlanjut, termasuk pembunuhan dan pemblokiran bantuan kemanusiaan, terutama di Gaza utara. Ia menegaskan bahwa Israel telah melanggar kesepakatan gencatan senjata yang sebelumnya disepakati pada November 2023 dan terus melanjutkan serangan.

“Israel tidak pernah menepati janjinya dalam sejarahnya,” tegas al-Hayya, yang mencerminkan kurangnya kepercayaan pada pemerintahan Israel. Ia mendesak komunitas internasional, termasuk Presiden Trump dan negara-negara yang mendukung proses perundingan, untuk memberikan jaminan yang kuat agar konflik ini dapat diakhiri.

Al-Hayya menekankan pentingnya mencapai tujuan dan aspirasi rakyat Palestina untuk stabilitas, kebebasan, dan penentuan nasib sendiri, dengan harapan agar perang segera berakhir agar mereka dapat hidup dengan damai seperti bangsa-bangsa lain di kawasan tersebut.

Hamas dan Israel sedang terlibat dalam perundingan tidak langsung hari kedua di kota Sharm el-Sheikh, Mesir, guna mencari solusi untuk gencatan senjata dan pertukaran tahanan berdasarkan rencana Trump. Pada tanggal 29 September lalu, Trump mengumumkan proposal 20 poin yang mencakup pembebasan semua tawanan Israel dengan imbalan tahanan Palestina, gencatan senjata, perlucutan senjata Hamas, serta pembangunan kembali Gaza. Meskipun Hamas menyatakan persetujuan prinsipil terhadap rencana tersebut, pelaksanaan masih menjadi tantangan besar.

Dalam konteks yang lebih tragis, kekerasan yang terjadi di Gaza sejak Oktober 2023 telah mengakibatkan hampir 67.200 warga Palestina tewas, mayoritasnya adalah perempuan dan anak-anak. Serangan udara yang terus-menerus membuat wilayah tersebut hampir tidak berpenghuni, menimbulkan pengungsian massal, kelaparan, dan menyebarnya berbagai penyakit.

Kondisi yang mencekam tersebut semakin menambah urgensi perundingan damai yang berlangsung di Mesir, di mana harapan akan gencatan senjata dan penanganan krisis kemanusiaan tetap menjadi perhatian utama. Al-Hayya menekankan bahwa selama perdamaian tidak terwujud, rakyat Palestina akan terus menderita akibat ketegangan yang berkepanjangan ini.