Nasional

Pencarian Korban Runtuhnya Pondok Pesantren Al Khoziny Resmi Berakhir, 67 Tewas dan 104 Selamat

Avatar photo
3
×

Pencarian Korban Runtuhnya Pondok Pesantren Al Khoziny Resmi Berakhir, 67 Tewas dan 104 Selamat

Sebarkan artikel ini

Basarnas Akhiri Operasi Pencarian Korban Runtuhnya Pondok Pesantren Al Khoziny

Tim Basarnas telah menyelesaikan operasi pencarian korban yang terdampak runtuhnya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Proses penyisiran terakhir dilakukan pada Selasa pagi, memastikan tidak ada korban yang tertinggal di lokasi yang kini telah rata dengan tanah.

Direktur Operasi Basarnas Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo mengungkapkan bahwa hingga hari kesembilan pelaksanaan operasi, total korban yang berhasil dievakuasi mencapai 171 orang. Dari jumlah tersebut, 104 orang dinyatakan selamat, sementara 67 orang meninggal dunia, termasuk delapan bagian tubuh.

“Penyisiran hari ini dilakukan di area yang telah diratakan. Kami berharap tidak ada korban yang tertinggal,” ujar Yudhi dalam konferensi pers yang digelar secara virtual.

Ia juga menjelaskan bahwa penemuan terakhir pada Senin malam berupa satu potongan tubuh, yang segera dikirim kepada tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri untuk proses identifikasi lebih lanjut.

Operasi pencarian ini dilakukan secara intensif sejak hari pertama kejadian, melibatkan ratusan personel dari berbagai instansi, termasuk TNI, Polri, BNPB, BPBD, PMI, dan relawan. Bangunan pondok pesantren yang awalnya terdiri atas empat lantai kini telah sepenuhnya hancur.

“Sejak pagi hingga sore kemarin, kami melakukan penyisiran dan pembersihan terhadap sisa-sisa bangunan. Masih ditemukan satu potongan tubuh di malam hari. Hari ini, kami memastikan seluruh area juga sudah aman,” terang Yudhi.

Dengan selesainya penyisiran, Basarnas memutuskan untuk mengakhiri fase operasi pencarian dan pertolongan (SAR). Tahapan selanjutnya, yaitu tahap penanganan pascakejadian, akan dilanjutkan oleh BNPB melalui rehabilitasi dan rekonstruksi.

“Dari sisi SAR, kami menutup operasi hari ini. Selanjutnya, BNPB yang akan melanjutkan proses rehabilitasi,” tegas Yudhi.

Tragedi ini menciptakan duka mendalam bagi masyarakat. Runtuhnya bangunan yang berfungsi sebagai tempat pendidikan dan ibadah ini mengingatkan akan pentingnya standar keselamatan dalam pembangunan, serta perlunya pengawasan yang lebih ketat terhadap konstruksi bangunan.

Pihak terkait diharapkan dapat memanfaatkan pengalaman ini untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan respons dalam menghadapi bencana di masa mendatang. Masyarakat juga diimbau untuk lebih peduli dan aktif dalam lapor melaporkan potensi risiko bangunan di sekitar mereka agar kejadian serupa tidak terulang.

Basarnas dan berbagai instansi lainnya berkomitmen untuk terus bekerja sama dalam langkah-langkah pemulihan wilayah pascabencana. Masyarakat yang terdampak diharapkan mendapatkan dukungan dan rehabilitasi yang layak, guna mengembalikan kehidupan mereka ke kondisi normal.