Nasional

Rupiah Menguat 0,22% di Tengah Penutupan Pemerintah AS

Avatar photo
4
×

Rupiah Menguat 0,22% di Tengah Penutupan Pemerintah AS

Sebarkan artikel ini

Rupiah Terus Menguat di Tengah Ketidakpastian Politik AS

Nilai tukar rupiah ditutup menguat sebesar 37 poin atau 0,22 persen menjadi Rp16.598 per dolar AS pada penutupan perdagangan di Kamis sore. Penguatan ini sejalan dengan melemahnya dolar AS akibat ketidakpastian yang ditimbulkan oleh penutupan sebagian pemerintahan Amerika Serikat.

Taufan Dimas Hareva, pegiat dari Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX), menjelaskan bahwa penguatan rupiah dipicu oleh situasi government shutdown di AS, yang menyebabkan pasar kehilangan kepercayaan terhadap stabilitas fiskal negara tersebut. “Kondisi ini memberikan tekanan pada dolar AS dan membuka ruang bagi mata uang Asia, termasuk rupiah, untuk menguat,” ujarnya.

Pada hari yang sama, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga mencatat penguatan, dengan nilai tukar naik ke level Rp16.612 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.680 per dolar AS. Momen ini menunjukkan reaksi pasar terhadap situasi di luar negeri, yang secara langsung mempengaruhi nilai tukar domestik.

Krisis anggaran di AS diperparah oleh ketidakmampuan Partai Republik dan Demokrat untuk mencapai kesepakatan mengenai pendanaan sementara sebelum batas waktu yang ditetapkan. Tahun fiskal 2024 telah berakhir pada 30 September, namun Kongres belum menyepakati anggaran untuk tahun berikutnya.

Ketegangan antara kedua partai muncul dari perbedaan pandangan terkait Rancangan Undang-Undang (RUU) pendanaan yang diajukan. Partai Demokrat menolak tawaran dari Partai Republik yang dianggap tidak memadai dalam menjawab kekhawatiran terkait kebijakan layanan kesehatan. Sementara itu, Partai Republik berpendapat bahwa tawaran mereka adalah solusi “bersih” yang dapat mempertahankan tingkat pengeluaran yang ada.

Dalam konteks ini, Wakil Presiden AS JD Vance memprediksi bahwa penutupan pemerintah tidak akan berlangsung lama, meskipun terdapat sedikit harapan untuk tercapainya kompromi antara kedua partai. Hanya tiga anggota Demokrat yang mendukung proposal tersebut, jauh di bawah angka yang dibutuhkan untuk meloloskan undang-undang.

Penutupan pemerintahan tidak secara otomatis menyebabkan krisis ekonomi, namun dapat mengganggu berbagai aspek kehidupan di AS. Banyak pegawai federal kemungkinan akan dirumahkan atau bekerja tanpa bayaran hingga anggaran baru disepakati. Ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) juga menjadi isu yang mengemuka, dengan Gedung Putih menghindari kejelasan mengenai sifat jangka pendek atau permanen dari PHK tersebut.

Taufan menambahkan bahwa kemungkinan rupiah melemah kembali ke level Rp15 ribu per dolar AS cukup terbatas. “Kecuali terdapat pelemahan yang lebih dalam pada dolar AS seiring dengan ketidakpastian politik di Washington, peluang untuk kembali ke level tersebut belum terlihat dalam waktu dekat,” paparnya.

Dengan situasi yang masih tidak menentu, pelaku pasar diharapkan tetap waspada terhadap perkembangan terkait kebijakan fiskal di AS, yang dapat membawa dampak signifikan terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia. Penguatan rupiah ini menjadi sinyal positif, namun tantangan ke depan masih perlu dicermati dengan seksama.