Nasional

Rupiah Menguat Jelang Potensi Penutupan Pemerintah AS

Avatar photo
7
×

Rupiah Menguat Jelang Potensi Penutupan Pemerintah AS

Sebarkan artikel ini

Rupiah Menguat di Tengah Keresahan Akibat Potensi Penutupan Pemerintah AS

Jakarta – Nilai tukar rupiah mengalami penguatan pada perdagangan Senin sore, seiring dengan pasar yang bersiap menghadapi potensi penutupan pemerintah Amerika Serikat (AS). Penguatan ini terjadi di tengah upaya bipartisan untuk meloloskan Rancangan Undang-Undang (RUU) Pendanaan.

Ibrahim Assuabi, analis mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka, menyatakan bahwa situasi ini dipicu oleh ketidakpastian di kalangan pelaku pasar, terkait kemungkinan kongres AS gagal menyetujui anggaran belanja yang diperlukan. “Pasar bersiap menghadapi potensi penutupan Pemerintah AS minggu ini, karena pendanaan untuk operasi federal akan berakhir pada tengah malam tanggal 30 September,” ujarnya dalam keterangan tertulis.

Pada Senin (29/9), dijadwalkan Presiden AS Donald Trump akan bertemu dengan para pemimpin kongres dari Partai Republik dan Demokrat untuk membahas isu pendanaan pemerintah. Pertemuan ini sangat krusial, menjelang tenggat waktu yang akan menentukan apakah pemerintah federal akan tetap beroperasi atau tidak.

Pejabat yang diundang dalam pertemuan ini antara lain Ketua DPR AS, Mike Johnson, Pemimpin Mayoritas Senat, John Thune, serta Pemimpin Demokrat DPR, Hakeem Jeffries, dan Pemimpin Minoritas Senat, Chuck Schumer. Trump sebelumnya meminta anggota kongres dari Partai Republik untuk memberikan suara guna memperpanjang sementara pendanaan pemerintah, sambil menuduh Partai Demokrat berupaya memicu penutupan.

Politico melaporkan bahwa jika negosiasi tidak membuahkan hasil, penutupan pemerintah dapat terjadi paling cepat pada Rabu (1/10). Pada tanggal tersebut, AS akan memulai tahun fiskal baru tanpa anggaran, dan risiko lembaga-lembaga federal ditutup tanpa batas waktu semakin besar jika resolusi sementara tidak disetujui.

Ibrahim menambahkan bahwa penutupan ini berpotensi mengganggu aktivitas ekonomi dan menunda rilis data penggajian non-pertanian yang akan diumumkan akhir pekan ini. “Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, dampaknya pada ekonomi bisa sangat signifikan,” katanya.

Adapun pada penutupan perdagangan Senin, nilai tukar rupiah menguat sebesar 58 poin atau 0,35 persen, menjadi Rp 16.680 per dolar AS, dibandingkan sebelumnya Rp 16.738 per dolar. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) dari Bank Indonesia juga menunjukkan penguatan ke level yang sama, yakni Rp 16.680 per dolar AS.

Dengan situasi yang masih dinamis ini, perhatian pasar akan terus tertuju pada hasil negosiasi di kongres AS, yang bisa mempengaruhi stabilitas ekonomi global dan nilai tukar mata uang, termasuk rupiah. Langkah dan keputusan para pemimpin politik di AS akan menjadi penentu bagi kelangsungan operasi pemerintah dan dampaknya terhadap masyarakat dan perekonomian.