Trump terima Netanyahu untuk Pembicaraan Gaza di Gedung Putih
Jakarta, CNN Indonesia – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dijadwalkan menerima Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di Gedung Putih pada Senin (29/9). Pertemuan ini bertujuan untuk membahas situasi terkini terkait Jalur Gaza Palestina, di tengah upaya pengakhiran konflik yang telah berlangsung hampir dua tahun.
Dalam pernyataannya, Trump mengklaim bahwa kesepakatan untuk menghentikan kekerasan di Gaza serta pembebasan sandera yang ditahan Hamas hampir tercapai. Klaim tersebut muncul setelah Trump menggelar pertemuan dengan sejumlah pemimpin Arab pekan lalu di New York, yang bertepatan dengan Sidang Majelis Umum PBB.
Selama pertemuan itu, Trump mengindikasikan akan ada “terobosan” melalui unggahan di jejaring sosialnya, Truth Social, dengan menegaskan, “Semua pihak telah siap untuk sesuatu yang istimewa, untuk pertama kalinya. Kita akan mewujudkannya!”
Namun, Netanyahu tampak kurang antusias dalam meraih kesepakatan gencatan senjata. Ia tetap melanjutkan serangan di Jalur Gaza, di mana lebih dari 65 ribu orang Palestina telah tewas akibat agresi militer Israel. Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB, Netanyahu bersumpah untuk “menuntaskan pekerjaan” melawan Hamas dan bertekad mencegah terbentuknya negara Palestina, meskipun sejumlah negara, termasuk penasihat AS-Israel seperti Prancis, Inggris, dan Australia, baru-baru ini mengakui eksistensi Palestina.
Situasi di Gaza semakin memburuk dengan invasi darat yang dilakukan Israel, memaksa ratusan ribu warga mengungsi dan menelan banyak korban jiwa. Pertemuan ini akan menjadi kunjungan keempat Netanyahu ke Gedung Putih sejak awal pemerintahan Trump pada Januari lalu.
Meski Trump dikenal sebagai sekutu dekat Netanyahu, akhir-akhir ini ia menunjukkan tanda-tanda frustrasi terhadap tindakan Israel yang terus terjadi di Gaza, yang memicu protes internasional, termasuk dari sekutu-sekutu tradisional AS. Dalam sebuah peringatan, Trump menekankan kepada Netanyahu untuk tidak melanjutkan rencana aneksasi Tepi Barat Palestina serta menghentikan serangan terhadap Qatar, yang merupakan sekutu kunci AS di kawasan.
Trump juga terdengar optimis terkait kemungkinan kesepakatan gencatan senjata di Gaza. Dalam pertemuan di New York, ia dan para pemimpin Arab menyusun 21 poin proposal yang mencakup pelucutan senjata Hamas, pembebasan semua sandera, serta gencatan senjata.
Selain itu, mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, sempat disebut sebagai kandidat untuk memimpin badan transisi di Gaza dalam usulan AS. Badan yang dinamakan “Gaza International Transitional Authority” direncanakan akan beroperasi dengan dukungan PBB dan negara-negara Teluk Arab, sebelum menyerahkan kendali kepada Otoritas Palestina (PA) yang telah direformasi.
Namun, Netanyahu menolak keras gagasan penempatan PA di Gaza dan mempertanyakan kemampuan PA untuk direformasi. Dalam sebuah wawancara, ia menyatakan, “Kredibilitas Otoritas Palestina dalam benar-benar mengubah arah dan menerima negara Yahudi serta mengajarkan generasi mendatang untuk hidup berdampingan alih-alih menghancurkan jelas masih diragukan.”
Pertemuan ini diharapkan dapat memberikan kejelasan tentang langkah selanjutnya dalam upaya perdamaian di kawasan, yang telah lama terjebak dalam konflik berkepanjangan.