Internasional

Hamas Tegaskan Tak Bisa Dikesampingkan, Siap Tinggalkan Pemerintahan Gaza

Avatar photo
3
×

Hamas Tegaskan Tak Bisa Dikesampingkan, Siap Tinggalkan Pemerintahan Gaza

Sebarkan artikel ini

Hamas Tegaskan Posisi Mereka di Jalur Gaza: Tidak Bisa Dikesampingkan

Jakarta, CNN Indonesia – Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, menanggapi desakan untuk tidak lagi berperan dalam pemerintahan di Jalur Gaza. Dalam sebuah wawancara dengan CNN, pejabat senior Hamas, Ghazi Hamad, menegaskan bahwa kelompoknya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari rakyat Palestina dan tidak dapat diabaikan.

Hamad menyatakan, “Kami siap untuk keluar dari pemerintahan di Gaza. Kami tidak keberatan dengan hal itu.” Pernyataan ini mencerminkan kesediaan Hamas untuk mempertimbangkan perubahaan dalam struktur pemerintahan, meskipun mereka tetap menegaskan keterikatan mereka dengan rakyat.

Lebih jauh, Hamad menjelaskan pengalaman dramatis yang mereka alami, termasuk selamat dari serangan rudal Israel di Qatar. Ia menyebut situasi tersebut sebagai sebuah “mukjizat,” mengingat serangan itu terjadi sangat dekat dengan lokasi mereka. Hamad mengklaim bahwa serangan tersebut merupakan upaya Israel untuk menargetkan tim negosiasi Hamas, dengan maksud membunuh semua anggotanya.

Sejak mengambil alih pemerintahan di Jalur Gaza dari Fatah pada Juni 2007, Hamas telah menjadi penguasa de facto di wilayah tersebut. Namun, posisi mereka kini terancam akibat proposal terbaru yang disampaikan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Proposal ini, yang terdiri dari 21 poin, mencakup usulan agar Hamas tidak terlibat dalam pemerintahan Palestina, dan disampaikan dalam forum Sidang Umum PBB ke-80 di New York.

Media Israel, Channel 12, melaporkan bahwa proposal Trump mencakup pembentukan pemerintahan Palestina tanpa keterlibatan Hamas, serta pendanaan untuk rekonstruksi Gaza dari negara-negara Arab dan Islam. Selain itu, proposal ini menyerukan pembebasan semua sandera dalam satu kali tindakan dalam waktu 48 jam.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, tetap teguh pada komitmennya untuk melanjutkan operasi militer demi membebaskan sandera dan menuntaskan eksistensi Hamas. Menurut Netanyahu, langkah ini diperlukan agar Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel.

Hamas, di sisi lain, menghadapi tantangan yang tidak mudah karena meningkatnya tekanan internasional dan internal. Meskipun mereka bersikeras untuk tetap menjadi suara penting bagi masyarakat Palestina, keinginan untuk memisahkan diri dari pemerintahan di Jalur Gaza dapat menjadi peluang baru bagi dialog serta rekonsiliasi di wilayah tersebut.

Ketegangan antara Hamas dan Israel, serta dinamika politik di internal Palestina, akan terus menjadi perhatian global. Langkah-langkah selanjutnya dari masing-masing pihak akan menjadi penentu bagi masa depan Jalur Gaza dan stabilitas di kawasan Timur Tengah.

Dengan pernyataan ini, Hamas mencoba menunjukkan bahwa meskipun perubahan mungkin terjadi dalam pemerintahan, mereka akan selalu menjadi representasi suara rakyat Palestina. Ketegangan dan tantangan yang dihadapi saat ini menandai periode penting bagi politik Palestina di tengah tekanan luar dan dalam yang terus meningkat.