Meningkatnya Kasus Bunuh Diri di Blitar: Tantangan Kesehatan Mental bagi Generasi Muda
Blitar mengalami fenomena mencemaskan terkait meningkatnya kasus bunuh diri, terutama di kalangan generasi muda. Dalam kurun waktu satu minggu terakhir, tercatat tiga kasus bunuh diri yang melibatkan individu berusia produktif. Hal ini menunjukkan adanya masalah serius yang perlu diatasi oleh masyarakat dan pihak berwenang.
Dua dari tiga kasus bunuh diri tersebut mencuri perhatian karena dilakukan secara ekstrem, yaitu dengan menabrakkan diri ke kereta api. Keduanya meninggalkan sepeda motor di dekat perlintasan sebelum melakoni aksi tragis ini. Salah satu pelaku berusia 20 tahun dari Srengat, sementara yang lainnya berusia 25 tahun dan terjadi di perlintasan jalan Bakung, Kota Blitar.
Psikolog RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, Yeni Rofiqoh, menjelaskan bahwa fenomena ini mencerminkan rendahnya ketahanan mental dan resiliensi emosi di kalangan generasi muda di Blitar. Ia menduga adanya kekurangan kemampuan dalam mengelola emosi dan menghadapi permasalahan di kehidupan sehari-hari.
“Ketahanan mental seseorang dipengaruhi oleh interaksi genetik dan lingkungan selama tumbuh kembang. Jika anak tidak terlatih dalam menghadapi masalah, mereka berpotensi membuat keputusan yang buruk,” ungkap Yeni. Faktor pendidikan, suasana keluarga, dan kondisi sosial ekonomi turut memengaruhi kemampuan mereka dalam memecahkan masalah.
Menurut Yeni, pola asuh yang kurang tepat sejak usia dini bisa menjadi salah satu penyebab ketidakmampuan generasi muda dalam menghadapi tekanan. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang tidak mendukung sering kali merasa tertekan dan kesulitan dalam mengekspresikan perasaan. “Orang yang memiliki niatan bunuh diri biasanya merasa terisolasi dan takut untuk berbagi masalah. Mereka ingin terlihat baik-baik saja di hadapan orang lain,” jelasnya.
Pencegahan bunuh diri seharusnya dimulai sejak dini melalui komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak. “Sangat penting untuk berbicara dengan orang terdekat atau profesional jika mengalami kesulitan. Hal-hal sederhana seperti mengenang masa kecil yang bahagia juga dapat membantu mengalihkan pikiran,” tegas Yeni.
Ia mendorong generasi muda untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan dan produktif. “Cobalah melakukan hal-hal yang membuat bahagia, seperti berolahraga atau sekadar menikmati makanan favorit yang mengingatkan akan masa kecil,” tambahnya.
Yeni menghimbau kepada kaum muda di Blitar agar sadar bahwa bunuh diri bukanlah solusi. Aksi tersebut akan meninggalkan luka mendalam bagi keluarga dan orang-orang terkasih. “Buatlah keputusan yang bijak dan cari bantuan ketika merasa tertekan,” pesannya.
Bagi mereka yang merasa kesulitan, depresi, atau memiliki pikiran untuk bunuh diri, penting untuk segera mencari bantuan profesional. Layanan konseling tersedia melalui berbagai saluran, seperti Layanan dukungan kesehatan mental di 119 ext 8 serta beberapa organisasi seperti SEJIWA dan Into the Light Indonesia yang siap membantu.
Fenomena meningkatnya kasus bunuh diri di Blitar menjadi peringatan bagi masyarakat untuk lebih memperhatikan kesehatan mental, terlebih di kalangan generasi muda. Melalui perhatian dan dukungan yang tepat, diharapkan angka kasus ini dapat ditekan dan keluarga-keluarga di Blitar bisa menemukan harapan dan solusi bagi permasalahan mereka.