Berita

Guru Semakin Sengsara Akibat Program Makan Bergizi Gratis (MBG)

Avatar photo
4
×

Guru Semakin Sengsara Akibat Program Makan Bergizi Gratis (MBG)

Sebarkan artikel ini

Nasib Guru Semakin Memprihatinkan Akibat Program Makan Bergizi Gratis

JAKARTA – Jaringan Pemantauan Pendidikan Indonesia (JPPI) mengungkapkan bahwa kondisi kehidupan para guru semakin memburuk setelah pengenalan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Hal ini diungkapkan dalam rapat bersama Komisi IX DPR RI pada hari Senin, 22 September 2025.

Dalam rapat tersebut, JPPI menyoroti berbagai masalah yang muncul akibat implementasi program MBG yang seharusnya bertujuan meningkatkan kesehatan anak-anak. Menurut mereka, meskipun program ini bertujuan baik, dampak negatifnya terhadap kesejahteraan guru patut mendapat perhatian serius. Salah satu isu utama yang diangkat adalah penurunan pendapatan guru, di mana banyak dari mereka tidak menerima tunjangan tambahan yang sebelumnya dijanjikan.

JPPI mencatat bahwa program MBG, yang dirancang untuk memberikan makanan bergizi kepada siswa, tampaknya telah mengabaikan aspek kesejahteraan guru. “Jika program ini terus dibiarkan tanpa adanya perbaikan, kami khawatir akan semakin banyak guru yang merasa tertekan dan tidak dihargai,” ujar salah satu perwakilan JPPI dalam rapat tersebut.

Krisis ini tentu saja berdampak langsung pada kualitas pendidikan. Banyak guru yang kini merasa terpaksa mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, yang pada gilirannya dapat memengaruhi fokus dan dedikasi mereka dalam mengajar. Selain itu, masalah kesehatan mental guru juga menjadi sorotan, mengingat beban kerja yang semakin meningkat tanpa adanya dukungan finansial yang memadai.

Di tengah situasi ini, JPPI meminta pemerintah untuk segera mengevaluasi pelaksanaan program MBG dan mempertimbangkan kembali pemberian tunjangan kepada guru. Mereka juga mendesak agar adanya pendekatan yang lebih inklusif dalam perumusan kebijakan pendidikan. “Kami berharap pemerintah dapat mendengarkan suara guru dan memperhatikan kesejahteraan mereka agar bisa melakukan tugasnya dengan baik,” tambahnya.

Kondisi ini memberikan pelajaran penting bagi semua pemangku kepentingan. Masyarakat perlu menyadari bahwa kesejahteraan guru bukan hanya masalah individu, melainkan juga berdampak pada kualitas pendidikan bagi generasi mendatang. Karenanya, keterlibatan aktif masyarakat dalam menyuarakan aspirasi ini sangatlah penting.

Sebagai catatan, program MBG diluncurkan dengan tujuan untuk mengurangi angka stunting dan malnutrisi di kalangan anak-anak, sebuah langkah positif yang diharapkan dapat meningkatkan kesehatan mereka. Namun, keberhasilan program ini tidak dapat dibebankan hanya pada siswa, tanpa memperhatikan guru yang menjadi ujung tombak pelaksanaan program tersebut.

Melihat pentingnya peran guru dalam pendidikan, pemerintah diharapkan tidak hanya fokus pada program jangka pendek, tetapi juga perlu memastikan bahwa kebijakan yang diambil mampu menciptakan lingkungan kerja yang mendukung bagi para pendidik. Kesejahteraan guru yang terjaga adalah investasi penting untuk masa depan pendidikan Indonesia yang lebih baik.

Dengan adanya perhatian yang lebih besar terhadap nasib guru, diharapkan program-program yang diluncurkan dapat sejajar dan berbasis pada kebutuhan semua pihak yang terlibat, mengarah pada sebuah sistem pendidikan yang lebih berkesinambungan dan berkualitas.