Gelombang Aksi Protes di Italia Tuntut Penyelesaian Krisis Kemanusiaan di Gaza
Jakarta, CNN Indonesia – Pada Senin (21/9), Italia menjadi saksi aksi demonstrasi besar-besaran yang mencakup 75 kota, termasuk Roma, Milan, Palermo, dan Turin, untuk menentang genosida dan krisis kemanusiaan yang semakin parah di Jalur Gaza. Diperkirakan lebih dari 50.000 orang turut berpartisipasi, mengungkapkan solidaritas terhadap rakyat Palestina.
Demonstrasi ini menimbulkan gangguan signifikan terhadap layanan transportasi, termasuk perjalanan kereta api, serta menyebabkan penutupan beberapa sekolah di kota-kota yang terkena dampak. Protes serentak ini juga terjadi saat Prancis dan beberapa negara Barat lainnya mengakui keberadaan Negara Palestina di Sidang Umum PBB.
Serikat pekerja di seluruh Italia turut menyerukan aksi mogok kerja selama satu hari sebagai bentuk dukungan bagi rakyat Gaza. Mereka mengecam pemerintah Italia dan Uni Eropa atas lambatnya penanganan krisis kemanusiaan tersebut. Media lokal melaporkan aksi mogok ini merupakan pernyataan tegas dari berbagai kelompok yang merasa pemerintah tidak berbuat cukup untuk membantu situasi di Gaza.
Di Genoa dan Livorno, demonstran memblokir pelabuhan sebagai reaksi terhadap kemungkinan penggunaan Italia sebagai jalur transit pengiriman senjata ke Israel. Di ibu kota, Roma, sekitar 20.000 orang berkumpul di depan Stasiun Kereta Api Termini. Banyak dari mereka, tergolong mahasiswa, mengibarkan bendera Palestina dan meneriakkan yel-yel seperti “Bebaskan Palestina!”
Francesca Tecchia, salah satu peserta yang ikut demonstrasi, menyatakan bahwa aksi kali ini sangat penting baginya. “Italia harus berhenti hari ini. Kita berbicara, tetapi tidak ada langkah nyata,” ungkapnya, menunjukkan kekecewaan terhadap respons pemerintah.
Namun, tidak semua aksi berjalan damai. Di Milan, bentrokan terjadi antara demonstran dan polisi anti huru hara. Polisi terpaksa melepaskan gas air mata dan semprotan merica untuk membubarkan massa yang melemparkan proyektil dan merusak properti.
Pemerintah Perdana Menteri Giorgia Meloni, yang dikenal sebagai sekutu dekat mantan Presiden AS Donald Trump, menegaskan sikap Italia menolak penjualan senjata ke Israel. Meloni mengkritik serangan Israel terhadap Palestina, tetapi menekankan bahwa Italia tidak akan mengakui keberadaan negara Palestina untuk saat ini. Ia berpendapat bahwa pengakuan tanpa realitas yang kuat di lapangan justru bisa bersifat kontraproduktif.
“Jika sesuatu yang tidak ada diakui di atas kertas, masalahnya tampak telah terpecahkan, padahal kenyataannya belum tentu,” jelas Meloni dalam sebuah wawancara pada bulan Juli lalu.
Dengan meningkatnya ketegangan, aksion demonstrasi ini memunculkan sorotan terhadap kebijakan luar negeri Italia, serta langkah-langkah yang perlu diambil untuk menangani situasi kemanusiaan di Gaza. Seiring dengan tuntutan yang menggaung di jalanan, harapan akan perubahan nyata dari pemerintah menjadi topik penting dalam diskusi nasional.
Kondisi di Gaza yang kian memburuk terus mengundang perhatian global, dan aksi di Italia hanyalah satu dari sekian banyak wujud solidaritas yang muncul di berbagai penjuru dunia. Sementara itu, masyarakat menunggu langkah konkret dari pemerintah dalam menangani krisis yang telah berlangsung terlalu lama ini.