Pesawat Tempur Bangladesh Jatuh, 31 Tewas Kebanyakan Anak-anak
Jakarta—Insiden tragis pesawat tempur F-7 buatan Tiongkok milik Angkatan Udara Bangladesh terjadi pada 21 Juli 2023, di Dhaka, menewaskan 31 orang, sebagian besar adalah anak-anak. Kecelakaan ini menjadi salah satu yang paling mematikan di Bangladesh dalam beberapa dekade terakhir dan menggugah duka dan kemarahan masyarakat.
Pesawat tersebut jatuh tepat di atas Sekolah dan Kolese Milestone, saat ratusan siswa baru pulang dari sekolah. Menurut data terbaru, lebih dari 170 orang lainnya mengalami luka-luka, dengan 69 diantaranya masih menjalani perawatan intensif. Sangat disayangkan, 10 pasien berada dalam kondisi kritis, seperti yang dilansir oleh Sayedur Rahman dari Kementerian Kesehatan.
Kejadian ini memicu respons sosial yang kuat dari masyarakat, terutama para siswa yang merasa dikhianati oleh pemerintah. Di tengah duka yang mendalam, siswa-siswi menggelar aksi protes menuntut transparansi dalam pengumuman jumlah korban dan meminta agar nama-nama korban yang selamat diungkap. “Kami melihat potongan-potongan tubuh berserakan di tanah. Di mana mereka?” ungkap seorang siswa berusia 17 tahun yang meminta namanya dirahasiakan.
Tuntutan dari para siswa ini meliputi pengusutan mengenai kebijakan penerbangan Angkatan Udara, pengunduran dari penggunaan pesawat yang sudah tua dan berisiko, serta perubahan prosedur pelatihan untuk mencegah tragedi serupa. Mereka menggerakkan aksi ini tidak hanya untuk menghormati teman-teman mereka yang kehilangan nyawa tetapi juga untuk mendorong adanya perubahan yang berarti demi keselamatan di masa depan.
Sekretaris Pers Ahammed Foyez menyatakan bahwa pemerintah telah menyetujui beberapa tuntutan siswa tersebut, mengakui bahwa keadilan bagi para korban penting untuk segera dipenuhi. Pernyataan ini disambut dengan sorak-sorai para demonstran yang membawa plakat bertuliskan, “Di mana jenazah saudara-saudari kami?”
Mengenai insiden ini, pemerintah Bangladesh mengumumkan hari berkabung nasional, mengibarkan bendera setengah tiang dan mengadakan doa bersama di tempat-tempat ibadah. Dalam pernyataan dari kantor pers Muhammad Yunus, administrator sementara negara, dijelaskan bahwa kementerian terkait akan bekerja sama mendata korbannya. Angkatan Udara juga diperintahkan untuk menghentikan operasional penerbangan di daerah padat penduduk sebagai langkah preventif.
F-7 BGI, yang jatuh, merupakan varian terbaru dari pesawat Chengdu J-7 yang merupakan versi MiG-21 era Soviet. Bangladesh telah mengoperasikan total 16 unit pesawat ini sejak 2013 setelah penandatanganan kontrak. Kecelakaan seperti ini hanya menambah panjang daftar tantangan yang dihadapi oleh sektor penerbangan dan pertahanan negara tersebut.
Tragedi ini menjadi pengingat akan pentingnya perhatian terhadap keselamatan umum di tengah upaya pembangunan modernisasi pertahanan. Kegagalan dalam menjaga keselamatan penerbangan tidak hanya berdampak pada korban secara langsung tetapi juga menghadirkan kekhawatiran yang lebih besar bagi masyarakat sebagai pengguna jasa transportasi dan orang tua dari anak-anak yang terkena dampak.
Dalam situasi ini, publik menantikan agar pemerintah menindaklanjuti permintaan untuk meningkatkan standar keselamatan serta transparansi yang lebih baik, demi mencegah tragedi serupa terjadi di masa depan.