Asosiasi Pelatih Sepak Bola Seluruh Indonesia (APSSI) memberikan dukungan kepada Ilham Romadhona dan Kurniawan Dwi Yulianto, Pelatih dan Direktur Teknik PSPS Pekanbaru, yang menghadapi desakan mundur dari suporter tim, Askar Bertuah. Desakan tersebut muncul setelah PSPS hanya mampu meraih hasil imbang 3-3 melawan PSMS Medan pada pertandingan Liga 2 2025/2026, yang berlangsung di Stadion Kaharudin Nasution, Pekanbaru, pada 20 September 2025.
Saat ini, PSPS Pekanbaru terpuruk di peringkat ketujuh Grup Barat, dengan satu poin yang diperoleh dari dua pertandingan. Kondisi ini tentunya menimbulkan kekecewaan di kalangan suporter, yang mengharapkan performa lebih baik dari tim kesayangan mereka. Namun, APSSI mengecam reaksi suporter yang dianggap tidak pantas dan berlebihan dalam mengekspresikan ketidakpuasan mereka.
Pejabat Pelaksana Tugas (Plt) APSSI, Zuchli Imran Putra, S.H., M.H., dalam pernyataannya menegaskan, tindakan mendesak mundur pelatih melalui tekanan yang tidak layak, termasuk makian dan teror, sama sekali tidak menghargai profesi pelatih. “Kami menganggapnya sudah berlebihan karena suporter menghukum pelatih tidak pada tempat dan mekanisme yang seharusnya. Penyelesaian masalah seperti ini kami pandang sebagai pengadilan lapangan yang mencederai martabat pelatih, serta mengirimkan pesan bahwa profesi pelatih tidak dihargai,” ujar Zuchli.
Lebih lanjut, APSSI memahami bahwa suporter merasa kecewa dengan hasil buruk yang diterima oleh PSPS di bawah kepemimpinan Ilham dan Kurniawan. Namun, APSSI menekankan pentingnya menyampaikan kritik dengan cara yang bermartabat. Zuchli juga menambahkan bahwa jika terdapat ancaman, intimidasi, atau tindakan kekerasan terhadap anggota APSSI, mereka akan mengambil langkah hukum.
“Jika ditemukan tindakan yang mengarah kepada anarkis disertai ancaman, teror, atau intimidasi, maka APSSI akan sepenuhnya membela dan melindungi anggota kami. Kami akan melaporkan pihak-pihak tersebut kepada aparat hukum untuk diproses sesuai dengan hukum yang berlaku,” tegasnya.
Situasi ini menunjukkan ketegangan antara harapan suporter dan realitas yang dihadapi tim. Tentunya, kita berharap agar semua pihak dapat mengambil langkah-langkah yang bijak, demi kemajuan sepak bola Indonesia, sekaligus menjaga integritas serta martabat pelatih dan seluruh elemen dalam dunia olahraga.
Dalam konteks ini, penting bagi suporter untuk memberikan dukungan yang membangun, bukan yang menghancurkan. Kritik yang konstruktif sangat diperlukan untuk membantu tim dan pelatih dalam beradaptasi serta melakukan perbaikan yang diperlukan, agar hasil yang lebih baik bisa tercapai di masa mendatang.