Internasional

Kim Jong Un Pertimbangkan Dialog Lagi dengan AS, Tuntut Pengakuan Senjata Nuklir

Avatar photo
3
×

Kim Jong Un Pertimbangkan Dialog Lagi dengan AS, Tuntut Pengakuan Senjata Nuklir

Sebarkan artikel ini

Korea Utara Pertimbangkan Dialog Kembali dengan AS, Namun dengan Syarat

Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, menyatakan keinginannya untuk mempertimbangkan melanjutkan pembicaraan dengan Amerika Serikat (AS) setelah hubungan kedua negara kembali tegang. Dalam pidatonya di hadapan parlemen Korea Utara, Kim mengingat kembali momen-momen positif yang pernah dilaluinya bersama mantan Presiden AS Donald Trump, namun ia juga menegaskan bahwa dialog lanjutan akan sangat bergantung pada sikap yang diambil AS mengenai senjata nuklir negara tersebut.

Kim menyampaikan hal tersebut pada Senin, 22 September 2023, melalui pernyataan yang dilaporkan oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA). Ia mengatakan, “Apabila Amerika Serikat meninggalkan obsesi ilusif terhadap denuklirisasi, dan sungguh-sungguh ingin hidup berdampingan secara damai dengan kami, maka tidak ada alasan bagi kami untuk menolak.”

Selama masa jabatan pertama Trump, keduanya sempat melakukan tiga kali pertemuan yang bertujuan untuk membahas upaya pelucutan senjata nuklir di Korea Utara. Pada masa itu, terjadi penurunan ketegangan dan Pyongyang menghentikan uji coba rudal selama beberapa waktu. Namun, dialog tersebut terhenti setelah pertemuan di Hanoi pada 2019, yang gagal mencapai kesepakatan akibat perbedaan pandangan, terutama terkait tuntutan AS untuk pelucutan senjata nuklir secara penuh.

Sejak pertemuan tersebut, Korea Utara kembali melakukan uji coba rudal, serta mengulang sikap permusuhannya kepada AS. Kim Jong Un menyatakan dengan tegas bahwa negaranya tidak akan melucuti senjata nuklir. Ia kemudian menekankan, “Dunia sudah sangat mengetahui apa yang dilakukan Amerika Serikat setelah memaksa suatu negara melucuti senjata nuklirnya. Kami tidak akan pernah melepaskan senjata nuklir kami.”

Dalam konteks ini, Kim juga berpendapat bahwa sanksi internasional yang dijatuhkan kepada Korea Utara justru membuat negara itu semakin kuat, dengan membangun ketahanan yang “tidak dapat dipatahkan oleh tekanan apa pun.” Ia menilai bahwa upaya-upaya yang dilakukan oleh komunitas internasional tidak membawa hasil yang diharapkan.

Lebih lanjut, Kim juga menegaskan ketidakmauannya untuk berdialog dengan Korea Selatan. Ia mengungkapkan, meskipun Presiden baru Korea Selatan, Lee Jae-myung, berusaha untuk meredakan ketegangan, Korea Utara tidak akan berhubungan dengan Seoul dalam bentuk apapun. “Kami dengan tegas menyatakan tidak akan berhubungan dengan mereka dalam bentuk apa pun,” ujar Kim.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa meskipun ada potensi pembicaraan kembali dengan AS, syarat yang diajukan Kim jelas menunjukkan posisi defensif Korea Utara terkait dengan program senjata nuklirnya. Ke depan, situasi ini menciptakan tantangan besar bagi diplomasi internasional dalam mencari solusi yang komprehensif dan damai bagi ketegangan di Semenanjung Korea.