Nasional

Festival Bukit Jatiwayang 2025: Merawat Ingatan Kolektif dan Tradisi Sosial di Semarang

Avatar photo
4
×

Festival Bukit Jatiwayang 2025: Merawat Ingatan Kolektif dan Tradisi Sosial di Semarang

Sebarkan artikel ini

Festival Bukit Jatiwayang 2025: Merawat Ingatan Kolektif Masyarakat

Festival Bukit Jatiwayang bertajuk “Tetandur” digelar di Kampung Jatiwayang, Semarang, Jawa Tengah, pada Minggu (21/9/2025). Acara ini bertujuan untuk merawat ingatan kolektif dan melestarikan tradisi lokal, sekaligus memperkuat ikatan sosial di antara warga setempat.

Dengan mengusung tema “Tetandur”, festival ini tidak hanya merupakan perayaan, tetapi juga sebagai sarana refleksi bagi komunitas Jatiwayang, yang memiliki sejarah panjang, terutama terkait pengalaman pemindahan paksa dari Pantiwilasa ke Bukit Jatiwayang (Ngemplak Simongan). Dalam suasana yang meriah, warga yang mengenakan kostum khas, seperti boneka sawah, berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang menampilkan keberagaman budaya dan tradisi daerah.

Panitia pelaksana menyatakan bahwa festival ini merupakan upaya untuk memastikan bahwa generasi mendatang tetap mengenal sejarah dan warisan budaya mereka. “Dengan mengadakan festival ini, kami berharap dapat memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya melestarikan tradisi dan sejarah daerah,” ungkap salah satu anggota panitia.

Selain menampilkan pertunjukan seni dan budaya, festival ini juga diisi dengan berbagai pameran yang melibatkan produk lokal. Masyarakat antusias mengikuti berbagai rangkaian acara, mulai dari lomba kesenian hingga bazar kuliner khas, yang menghadirkan berbagai hidangan tradisional. Salah satu pengunjung, Budi, mengungkapkan kebanggaannya atas pelaksanaan festival ini. “Saya merasa sangat senang bisa hadir dan melihat begitu banyak warisan budaya kita ditampilkan dengan baik,” katanya.

Para peserta dan pengunjung festival, termasuk anak-anak, tampak antusias mengikuti setiap rangkaian kegiatan. Mereka berinteraksi dan berpartisipasi dengan penuh semangat, menunjukkan keinginan untuk menjaga tradisi dan menghargai sejarah komunitas mereka. “Anak-anak perlu belajar tentang asal-usul budaya kita, agar mereka dapat meneruskan dan melestarikannya,” ungkap seorang ibu rumah tangga yang membawa serta keluarganya.

Festival Bukit Jatiwayang ini juga mendapatkan perhatian dari beberapa tokoh masyarakat yang mengapresiasi usaha panitia dalam menyelenggarakan acara tersebut. Beberapa di antaranya menyatakan bahwa kegiatan seperti ini harus terus dilestarikan agar identitas budaya tidak hilang. “Kita harus terus berupaya merawat dan memperkenalkan budaya kita kepada generasi muda,” ujar seorang tokoh masyarakat setempat.

Acara ini menjadi salah satu momentum penting bagi warga Jatiwayang untuk memperkuat rasa persatuan dan kebersamaan. Dengan semangat yang tinggi, masyarakat berkomitmen untuk melanjutkan tradisi ini di tahun-tahun mendatang. Festival Bukit Jatiwayang 2025 diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lainnya untuk melakukan hal yang sama, menjaga dan merayakan kekayaan budaya yang dimiliki.

Sebagai penutup, festival ini bukan hanya sekadar acara hiburan, tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya merawat dan melestarikan budaya serta sejarah lokal, agar tidak terlupakan oleh generasi mendatang. Pelaksanaan Festival Bukit Jatiwayang diharapkan menjadi agenda tahunan yang mampu menarik perhatian lebih banyak pengunjung dan memberikan dampak positif bagi perkembangan wisata budaya di daerah tersebut.