Berita

Keracunan Massal di Program Makan Bergizi Gratis, BGN Tanggapi dengan Pengawasan Ketat

Avatar photo
3
×

Keracunan Massal di Program Makan Bergizi Gratis, BGN Tanggapi dengan Pengawasan Ketat

Sebarkan artikel ini

Badan Gizi Nasional Soroti Kasus Keracunan Massal Siswa Penerima Makan Bergizi Gratis

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kasus keracunan massal yang menimpa penerima Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah wilayah Indonesia. Dalam wawancara khusus bersama SCTV, Dadan menuturkan, kejadian ini menyebabkan kekhawatiran yang mendalam, terutama terhadap pengelolaan makanan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) baru.

Dadan mengklaim bahwa kelalaian dalam penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) menjadi penyebab utama keracunan massal. “Kejadian ini bukan sesuatu yang disengaja, namun seringkali terjadi karena adanya kelalaian yang dilakukan oleh SPPG baru, terutama dalam aspek teknis,” ujarnya, menjelaskan bahwa SPPG yang baru biasanya membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk beroperasi dengan baik.

Ia memberikan contoh konkret mengenai insiden keracunan massal di Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah. Dalam peristiwa ini, sebanyak 314 siswa dari jenjang SD hingga SMA dilaporkan mengalami keracunan, dengan 26 di antaranya harus dirawat di rumah sakit. Dadan menyebut bahwa masalah ini timbul setelah SPPG menjalin kerjasama dengan penyuplai baru yang tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh BGN.

“Supplier baru ini ternyata belum sequalified yang lama, sehingga bahan baku yang digunakan dalam proses memasak dapat menimbulkan alergi pada beberapa penerima manfaat,” tegasnya. Insiden tersebut menunjukkan perlunya seleksi ketat terhadap mitra suplier makanan, guna menghindari kejadian serupa di masa mendatang.

Lebih lanjut, Dadan juga menyoroti temuan belatung dalam penyajian MBG di beberapa daerah. Ini menambah keprihatinan terhadap kualitas makanan yang disajikan. Ia menegaskan bahwa BGN selalu melakukan pengawasan rigor terhadap proses memasak dan distribusi MBG. “Kami melakukan kroscek secara berkala untuk memastikan tidak ada masalah. Jika belatung masih hidup saat masakan dimasak, kami langsung menyelidiki apa yang terjadi,” tambahnya.

Pentingnya pengawasan yang ketat dalam penyediaan makanan bergizi bagi siswa menjadi semakin jelas. Program Makan Bergizi Gratis diharapkan tidak hanya memberikan nutrisi yang layak bagi siswa, tetapi juga menjamin keamanan dan kualitas makanan yang disajikan. Dadan memastikan bahwa BGN berkomitmen untuk memperbaiki prosedur dan melakukan evaluasi terhadap semua SPPG untuk mencegah terulangnya insiden keracunan di masa depan.

Situasi ini menjadi perhatian serius, terutama bagi orang tua dan masyarakat yang mengharapkan adanya jaminan keamanan makanan bagi anak-anak mereka. Kejadian seperti ini harus menjadi pengingat bagi semua pihak, termasuk pemerintah daerah dan penyedia makanan, untuk meningkatkan standar keselamatan dan kualitas demi kesehatan generasi muda Indonesia.

Dadan menutup diskusinya dengan menyatakan, “Kami akan terus melakukan pengawasan dan evaluasi untuk memastikan makanan yang disajikan kepada anak-anak memenuhi standar yang ditetapkan.” Upaya untuk menjamin keamanan makanan bagi siswa harus menjadi prioritas bersama, agar program MBG dapat berjalan efektif dan memberikan manfaat yang maksimal.