Berita

Eri Cahyadi Perankan Residen Soedirman dalam Teatrikal Perobekan Bendera di Surabaya

Avatar photo
3
×

Eri Cahyadi Perankan Residen Soedirman dalam Teatrikal Perobekan Bendera di Surabaya

Sebarkan artikel ini

Teatrikal Perobekan Bendera: Merefleksikan Sejarah dan Semangat Kebangkitan Surabaya

Surabaya – Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, baru-baru ini tampil sebagai Residen Soedirman dalam teatrikal bertajuk “Surabaya Merah Putih.” Acara tersebut diadakan di Hotel Majapahit, lokasi bersejarah yang dikenal sebagai eks Hotel Yamato, di mana peristiwa perobekan bendera Belanda terjadi pada 19 September 1945. Melalui peran ini, Eri mengajak masyarakat untuk tidak melupakan sejarah perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukan oleh para pahlawan.

“Teatrikal ini menunjukkan pentingnya mengingat sejarah, terutama pengorbanan Cak Sidik dan seluruh masyarakat Surabaya saat itu. Mereka rela mempertaruhkan nyawa untuk merobek bendera Belanda dan menggantinya dengan bendera Merah Putih,” ungkap Eri kepada awak media pada Minggu, 21 September 2025. Ia menekankan bahwa pengibaran bendera Merah Putih bukan hanya soal simbol, tetapi juga melambangkan kebersamaan, gotong royong, dan rasa persaudaraan di kalangan rakyat.

Menurut Eri, peristiwa tersebut merupakan momen untuk menyadarkan generasi kini akan arti kemerdekaan. “Mengibarkan bendera Merah Putih berarti kita merdeka dari penjajahan, tetapi juga dari kemiskinan dan kebodohan. Ini adalah panggilan untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi semua,” tambahnya.

Teatrikal kolosal ini berhasil menarik ribuan warga yang antusias menyaksikan refleksi atas peristiwa bersejarah tersebut. Mereka berkumpul mulai pukul 08.00 WIB dan menunjukkan semangat patriotisme yang tinggi ketika mendengar kisah perjuangan para pahlawan. Pada saat itu, bendera Belanda dikibarkan oleh pasukan Belanda untuk merayakan ulang tahun Ratu Wilhelmina, padahal Indonesia sudah merdeka. Tindakan tersebut memicu kemarahan rakyat Surabaya yang ingin mengembalikan kehormatan bangsa mereka.

Residen Soedirman, yang diperankan Eri, berperan penting dalam peristiwa itu dengan menegaskan bahwa yang berhak mengibarkan bendera hanyalah Merah Putih. Permintaan rakyat yang disertai keberanian inilah yang akhirnya berujung pada perobekan bendera Belanda. “Merdeka! Merdeka! Merdeka!” teriak para pemuda Surabaya, atau yang dikenal dengan sebutan arek-arek Suroboyo, saat mereka berhasil merobek bendera tersebut sembari memainkan lagu “Indonesia Raya.”

Namun, aksi bersejarah tersebut harus dibayar mahal dengan gugurnya salah satu pahlawan, Cak Sidik, yang menjadi korban tembakan sekutu saat menyaksikan keberanian rakyat. Lagu “Gugur Bunga” menggema di antara kesedihan dan kebanggaan, mengingatkan kita akan pentingnya menghargai pengorbanan para pahlawan.

Eri Cahyadi berharap, melalui acara ini, semangat persatuan dan gotong royong warga Surabaya akan terus terjaga. “Kita harus terus bekerja sama untuk menjaga keamanan dan kenyamanan Kota Pahlawan. Semangat arek-arek Surabaya tidak boleh padam, kita harus bersama-sama menjadikan Surabaya sebagai kota yang aman dan nyaman bagi semua,” tegasnya.

Teatrikal ini tidak hanya mengingatkan kita akan sejarah, tetapi juga mengajak masyarakat untuk terus berjuang demi cita-cita kemerdekaan, termasuk memerangi kemiskinan dan kebodohan. Dengan semangat yang terus berkobar, Surabaya diharapkan dapat menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia dalam menjaga semangat kebersamaan dan persatuan.