PM Kamboja Minta ASEAN Intervensi untuk Atasi Ketegangan di Perbatasan dengan Thailand
Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, meminta intervensi cepat dari ASEAN untuk mengurangi ketegangan yang meningkat di perbatasan antara Kamboja dan Thailand. Permintaan tersebut disampaikan pada Kamis (30/8) melalui media sosial setelah berbincang dengan Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, yang memimpin ASEAN tahun ini.
“Saya telah meminta Yang Mulia Anwar Ibrahim untuk segera mengintervensi demi menghentikan eskalasi ketegangan antara angkatan bersenjata Thailand dan warga sipil Kamboja, serta mempertahankan status quo,” tulis Hun Manet. Situasi semakin memanas setelah terjadi bentrokan di perbatasan yang melibatkan tentara Thailand dan warga Kamboja.
Pada hari yang sama, PM Thailand, Anutin Charnvirakul, mengonfirmasi bahwa militer Thailand diberi wewenang untuk mengambil keputusan terkait ketegangan yang terjadi. Laporan dari pihak Kamboja menyebutkan bahwa 24 warganya mengalami cedera akibat bentrokan tersebut, yang terjadi saat tentara Thailand memasang pagar kawat berduri di sepanjang garis perbatasan. Pihak Thailand di sisi lain juga mengonfirmasi adanya luka pada sejumlah personel mereka dalam insiden tersebut.
Kamboja dan Thailand saat ini tengah menjalani fase gencatan senjata setelah mencapai kesepakatan pada 28 Juli lalu. Kesepakatan itu dibuat untuk mengakhiri konflik bersenjata yang telah menewaskan dan melukai puluhan orang dari kedua negara. Pada 7 Agustus, kedua negara kembali menandatangani kesepakatan yang terdiri dari 13 poin, di mana salah satunya mencakup izin bagi pengamat ASEAN untuk memantau pelaksanaan gencatan senjata di wilayah yang masih disengketakan.
Ketegangan ini muncul di tengah permintaan Kamboja agar ASEAN memberikan perhatian lebih dalam mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan keamanan dan stabilitas di kawasan. Dengan meningkatnya insiden kekerasan di perbatasan, banyak pihak berharap adanya tindakan nyata dari organisasi regional untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.
Hun Manet juga menekankan pentingnya dialog dan kerjasama antara kedua negara untuk mencapai perdamaian dan ketenteraman di kawasan. “Kita perlu mendorong komunikasi yang konstruktif antara Kamboja dan Thailand untuk mencapai solusi damai,” tambahnya.
Situasi di perbatasan Kamboja-Thailand merupakan cerminan kompleksitas hubungan kedua negara yang selama ini diwarnai dengan sengketa territorial. Meskipun kedua pihak telah menandatangani beberapa kesepakatan untuk menjaga perdamaian, insiden-insiden seperti ini menunjukkan bahwa jalur menuju stabilitas masih berliku.
Ketegangan yang berlangsung di kawasan bukan hanya mengancam keselamatan warga sipil, tetapi juga dapat berdampak pada hubungan bilateral dan kerjasama regional. Oleh karena itu, seluruh pihak diharapkan dapat menahan diri dan berfokus pada upaya diplomasi dalam menyelesaikan konflik yang ada.
Dengan latar belakang tersebut, langkah-langkah yang diambil oleh ASEAN dan komunitas internasional menjadi krusial untuk memastikan bahwa situasi tidak semakin memburuk dan bahwa kedua negara dapat menemukan jalan untuk berkolaborasi demi kepentingan bersama.