Trump: Putin Sangat Mengecewakan dalam Upaya Mengakhiri Perang Ukraina
Jakarta, CNN Indonesia — Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengungkapkan kekecewaannya terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam upaya menyelesaikan konflik Ukraina. Pernyataan ini disampaikan Trump usai bertemu Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, pada Kamis (18/9) di hari terakhir kunjungan kenegaraan yang mengesankan ke Inggris.
Pada kesempatan tersebut, Trump menunjukkan harapannya yang tinggi terhadap resolusi cepat konflik Ukraina, berkat hubungan dekat yang ia jalin dengan Putin. Namun, kenyataan yang ada justru berlawanan, di mana kekerasan dan ketegangan terus berlanjut. “Saya pikir konflik Ukraina akan menjadi yang paling mudah diakhiri karena hubungan saya dengan Presiden Putin, tetapi dia mengecewakan saya. Dia benar-benar mengecewakan saya,” kata Trump di hadapan media, mengutip AFP.
Trump juga mengajak negara-negara Eropa untuk menghentikan pembelian minyak dari Rusia. Ia berpendapat, jika harga minyak turun, hal itu bisa mendorong Putin untuk menghentikan agresi militarinya.
Dalam pertemuan yang berlangsung di Chequers, kediaman resmi Perdana Menteri Inggris, Trump dan Starmer membahas berbagai isu sensitif, termasuk krisis yang berkepanjangan di Gaza. Starmer berusaha berperan sebagai penghubung antara Trump dan sekutu Eropa lainnya, memastikan bahwa komitmen Amerika Serikat terhadap Ukraina tetap terjaga.
Selain isu politik, dalam pertemuan tersebut, Trump dan Starmer juga menandatangani kesepakatan besar di sektor teknologi, seperti kecerdasan buatan, komputasi kuantum, dan energi nuklir. “Amerika dan Inggris punya ikatan yang tak tergoyahkan,” ucap Trump saat menandatangani kesepakatan yang disaksikan oleh sejumlah CEO teknologi terkemuka, termasuk Microsoft, Google, dan Blackstone, dengan nilai investasi mencapai £150 miliar (setara Rp3.900 triliun).
Walaupun terdapat kesepakatan yang menguntungkan, Trump mengakui adanya perbedaan pandangan antara dirinya dan Starmer, terutama terkait rencana Inggris untuk mengakui negara Palestina. Selain itu, Trump menyatakan pendapat tegas mengenai imigrasi ilegal di Inggris dan mengisyaratkan akan menggunakan militer jika menghadapi situasi serupa di negara tersebut.
Di sela-sela agenda diplomatiknya, Starmer mengajak Trump untuk meninjau koleksi artefak Winston Churchill di Chequers, yang menunjukkan ketertarikan dan kekaguman Trump terhadap tokoh perang Inggris tersebut. Sebelum meninggalkan Kastel Windsor, Trump juga memberikan pujian terhadap Raja Charles III sebagai “seorang pria terhormat dan raja yang hebat,” sedangkan Raja Charles menekankan pentingnya menjaga lingkungan demi generasi yang akan datang.
Namun, kunjungan Trump tidak lepas dari protes. Sekitar 5.000 orang turun ke jalan di pusat London untuk mengekspresikan ketidaksetujuan terhadap kehadirannya. Di sisi lain, Starmer masih menghadapi tantangan politik domestik setelah memecat duta besar Inggris untuk Washington, Peter Mandelson, terkait kontroversi yang melibatkan mendiang Jeffrey Epstein.
Kunjungan ini merupakan yang kedua kalinya bagi Trump ke Inggris, setelah kunjungan pertamanya pada 2019. “Ini benar-benar salah satu kehormatan tertinggi dalam hidup saya,” tutup Trump dalam jamuan kenegaraan.