Tel Aviv, Israel—Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, terus menunjukkan sikap yang menantang dengan serangan terbaru terhadap Gaza City. Peningkatan kekerasan ini terjadi di tengah hilangnya pengaruh pemerintahan Donald Trump, yang sebelumnya menjadi sekutu kuat Israel dalam kebijakan luar negeri.
Dalam beberapa minggu terakhir, serangan udara yang dilancarkan oleh Angkatan Pertahanan Israel (IDF) telah menargetkan berbagai fasilitas di Gaza City, termasuk lokasi yang diduga menjadi basis militan. Netanyahu menegaskan bahwa tindakan tersebut merupakan respons terhadap ancaman keamanan yang dihadapi Israel. “Kami tidak akan ragu untuk mengambil langkah yang diperlukan demi melindungi warga negara kami,” ujarnya dalam pernyataan resmi.
Serangan ini telah mengakibatkan banyak korban jiwa dan kerusakan infrastruktur yang signifikan di Gaza. Menurut data yang dikeluarkan oleh lembaga kesehatan setempat, ratusan warga sipil, termasuk anak-anak, telah menjadi korban. Situasi ini mengejutkan komunitas internasional yang menyerukan agar kedua pihak menghindari kekerasan dan mencari solusi damai.
Kebijakan luar negeri Amerika Serikat di bawah pemerintahan Trump memberikan dukungan yang kuat kepada Israel, di mana banyak keputusan yang diambil cenderung berpihak pada kepentingan Tel Aviv. Dengan berakhirnya periode itu, Netanyahu kini berhadapan dengan tantangan baru, di mana dukungan internasional mulai terkikis. Ini membuka peluang bagi Palestina untuk memperjuangkan hak mereka di forum-forum internasional, termasuk di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Para analis politik menganggap langkah agresif Netanyahu sebagai upaya untuk mengonsolidasikan dukungan dalam negeri menjelang pemilihan mendatang. “Serangan-serangan ini tampaknya bagian dari strategi untuk memperkuat citra keamanan pemerintah. Dalam politik Israel, isu keamanan selalu menjadi prioritas,” kata Yosef Cohen, seorang pakar hubungan internasional di Universitas Tel Aviv.
Di sisi lain, kelompok-kelompok hak asasi manusia menyerukan agar Israel mempertanggungjawabkan tindakan yang dilakukan selama serangan tersebut. Organisasi seperti Human Rights Watch dan Amnesty International telah mengeluarkan pernyataan yang menekankan bahwa serangan yang tidak diskriminatif terhadap warga sipil dapat dianggap sebagai pelanggaran hukum internasional.
Dalam konteks ini, sangat penting bagi komunitas internasional untuk mendengarkan suara rakyat Gaza yang terdampak. Banyak warga Gaza merasa terperangkap dalam konflik yang berkepanjangan dan mendambakan perdamaian yang abadi. Laporan dari jurnalis lokal menunjukkan bahwa kebutuhan mendesak akan bantuan kemanusiaan semakin mendesak, sementara blokade yang diterapkan terhadap wilayah tersebut semakin memperparah krisis.
Dengan situasi yang terus memburuk, ada harapan bahwa upaya diplomasi akan kembali menjadi fokus, meskipun jalan menuju perdamaian tampak semakin rumit. Pressuring negara-negara besar untuk mengambil sikap yang lebih aktif dalam mendukung perundingan damai menjadi kunci untuk mencapai resolusi yang berkelanjutan.
Ketegangan di Gaza City dan reaksi yang dihasilkan akan sangat bergantung pada respons internasional dalam beberapa bulan mendatang. Apakah komunitas global dapat bersatu untuk mendesak kedua belah pihak untuk kembali ke meja perundingan, ataukah konflik ini akan terus berlarut-larut menjadi pertanyaan yang masih menggantung di udara.