Berita

Kakek Asbani Ubah Limbah Kayu Menjadi Payung Kertas yang Populer di Blitar

Avatar photo
5
×

Kakek Asbani Ubah Limbah Kayu Menjadi Payung Kertas yang Populer di Blitar

Sebarkan artikel ini

Kakek Asbani di Blitar Ubah Limbah Kayu Menjadi Payung Kertas yang Banyak Diburu

Kota Blitar, Jawa Timur – Di tengah kesibukan perkotaan, Asbani (70), seorang perajin payung, telah menunjukkan kepiawaiannya dalam memanfaatkan limbah kayu. Berlokasi di Kelurahan Bendo, Kecamatan Kepanjenkidul, kakek ini berhasil menciptakan payung kertas yang tak hanya ramah lingkungan, tetapi juga diminati masyarakat luas.

Payung kertas buatannya dikenal memiliki keunikan tersendiri, baik dari segi desain maupun kualitas. Dengan bahan baku utama limbah kayu, Asbani memberikan nilai tambah pada material yang sering kali terabaikan. “Saya mulai merangkai payung ini dari sisa-sisa kayu yang tidak terpakai. Daripada dibuang, lebih baik saya olah menjadi sesuatu yang bisa dipakai,” ujar Asbani ketika ditemui di workshop-nya.

Keahlian Asbani dalam mengolah kayu menjadi payung bukan hanya sekadar pekerjaan, tetapi merupakan warisan turun-temurun yang ia pertahankan. Proses pembuatan payung kertas ini memerlukan keterampilan dan ketelitian yang tinggi. “Setiap payung yang saya buat dari tahap pemilihan kayu, pemrosesan hingga pengecatan, semua dilalui dengan tangan,” tambahnya.

Karya Asbani menarik perhatian banyak pelanggan, tidak hanya di daerah Blitar tetapi juga di kota-kota sekitarnya. Pasar yang cukup luas ini membuat Asbani optimis dalam meningkatkan produksi. “Setiap bulan, saya bisa memproduksi ratusan payung. Dengan banyaknya permintaan, saya berharap bisa mendapatkan bantuan untuk memperluas usaha ini,” harapnya.

Dalam pengamatannya, Asbani melihat tren masyarakat yang semakin peduli dengan lingkungan. Banyak konsumen yang lebih memilih produk ramah lingkungan daripada barang-barang yang diproduksi secara massal. “Saya merasa bangga karena produk yang saya buat tidak hanya berfungsi, tetapi juga membantu mengurangi limbah,” ucapnya.

Kisah Asbani ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong inovasi dan kearifan lokal. Program-program yang diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan diharapkan dapat memberikan dukungan bagi pengrajin lokal dalam memasarkan produk mereka. “Kami selalu mendukung para perajin untuk mengembangkan usaha mereka, terutama yang memiliki nilai keberlanjutan,” terang salah satu pejabat dari Dinas Perindustrian Kota Blitar.

Kawasan Kelurahan Bendo pun kini mulai dikenal sebagai sentra kerajinan payung kertas. Masyarakat setempat juga turut merasakan dampak positif dari keberadaan usaha Asbani. “Banyak pengunjung yang datang bukan hanya untuk berbelanja, tetapi juga belajar dari kakek Asbani,” kata Siti, seorang warga yang sering mengantar anak-anaknya untuk melihat proses pembuatan payung.

Dengan semangat yang tak pudar di usianya yang ke-70, Asbani menggambarkan harapan akan keberlanjutan usaha kerajinan ini. Dia yakin, meski zaman terus berubah, nilai dari kerajinan tangan serta cinta terhadap lingkungan akan selalu menjadi penting. “Saya ingin anak cucu saya tahu bahwa ada banyak cara untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat sambil menjaga alam,” tutupnya.

Melalui kerja keras dan kreativitas, Asbani tidak hanya mengubah limbah menjadi produk bernilai, tetapi juga menginspirasi banyak orang tentang pentingnya keberlanjutan dan kearifan lokal di era modern ini.