Nasional

Banjir dan Tanah Longsor di Bali, 14 Terkorban dan Ratusan Mengungsi

Avatar photo
4
×

Banjir dan Tanah Longsor di Bali, 14 Terkorban dan Ratusan Mengungsi

Sebarkan artikel ini

Banjir dan Longsor di Bali: 14 Korban Jiwa dan Ratusan Pengungsi

Jakarta – Bencana banjir disertai tanah longsor yang melanda tujuh kabupaten dan kota di Provinsi Bali mengakibatkan 14 orang meninggal dunia dan ratusan warga terpaksa mengungsi. Data terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan, korban meninggal termajoritas berasal dari Kota Denpasar dengan jumlah delapan jiwa, diikuti Kabupaten Gianyar tiga jiwa, Jembrana dua jiwa, dan Badung satu jiwa.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengungkapkan bahwa tim gabungan masih melakukan upaya darurat, termasuk pencarian terhadap dua warga yang hilang dan evakuasi warga yang terdampak. Hingga saat ini, tercatat sebanyak 562 orang mengungsi di berbagai lokasi, termasuk sekolah, balai desa, mushola, dan banjar.

Hasil asesmen dari tim reaksi cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali menunjukkan lebih dari 120 titik banjir tersebar di Pulau Dewata. Kota Denpasar menjadi wilayah dengan titik banjir terbanyak, yaitu 81 lokasi, disusul Gianyar dengan 14 titik, Badung 12 titik, Tabanan delapan titik, Karangasem dan Jembrana masing-masing empat titik, serta satu titik di Kecamatan Dawan, Klungkung.

Selain banjir, bencana tanah longsor dilaporkan terjadi di 18 titik. Rinciannya mencakup 12 titik di Karangasem, lima titik di Gianyar, dan satu titik di Badung. Kejadian ini menunjukkan perlunya perhatian serius terhadap mitigasi bencana di Bali, terutama dalam menghadapi cuaca ekstrem.

BNPB juga telah menyalurkan berbagai bantuan untuk mendukung kebutuhan para pengungsi. Bantuan tersebut termasuk 200 lembar selimut, 200 matras, 300 paket sembako, 50 unit tenda keluarga, dua unit tenda pengungsi, satu unit perahu karet dengan mesin, serta tiga unit pompa air. Dukungan ini diharapkan dapat meringankan beban para penyintas hingga situasi kembali kondusif.

Upaya tanggap darurat yang dilakukan oleh BNPB dan BPBD Bali penekanan pentingnya koordinasi antara berbagai elemen pemerintah dan masyarakat. Kerjasama ini sangat vital dalam menghadapi bencana seperti ini dan mengurangi risiko yang dapat ditimbulkan.

Dengan kejadian bencana yang melanda, masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan mematuhi instruksi dari pihak berwenang. Penting untuk selalu memantau informasi terkini mengenai cuaca serta kondisi lingkungan agar dapat mengambil langkah-langkah preventif yang diperlukan.

Situasi ini menjadi pengingat akan perlunya infrastruktur yang lebih baik dan sistem peringatan dini yang efisien untuk mengurangi dampak bencana di masa mendatang. Pemerintah diharapkan dapat memperkuat upaya mitigasi bencana dan memberikan pelatihan kepada masyarakat terkait penanganan keadaan darurat, sehingga mereka lebih siap dalam menghadapi kemungkinan bencana serupa.

Keberadaan fasilitas umum yang dapat dijadikan tempat pengungsian menunjukkan sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam penanganan bencana. Namun, hal ini juga menggugah kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah bencana.

Dengan meningkatnya frekuensi bencana alam, komitmen semua pihak untuk bekerja sama dalam pengurangan risiko bencana menjadi sangat penting demi keselamatan dan kesejahteraan masyarakat.