Presiden Komisi Eropa Usulkan Paket Tindakan Tegas Terhadap Israel terkait Situasi di Gaza
JAKARTA – Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengumumkan rencana paket tindakan tegas terhadap Israel, menyusul situasi kemanusiaan yang semakin parah di Gaza. Dalam pidato tahunan di hadapan Parlemen Eropa, Rabu (10/9), von der Leyen menyebutkan bahwa langkah-langkah tersebut meliputi penangguhan dukungan bilateral dan sanksi terhadap pejabat Israel yang dianggap ekstremis.
“Komisi Eropa akan berhenti memberi dukungan bilateral kepada Israel dan menghentikan semua pembayaran di bidang ini tanpa mengganggu kerjasama dengan masyarakat sipil,” jelas von der Leyen. Ia menekankan bahwa tindakan ini diperlukan untuk membuka jalan menuju penyelesaian konflik yang lebih humanis di kawasan tersebut.
Von der Leyen juga berencana untuk mengusulkan sanksi terhadap menteri-menteri ekstremis dan pemukim yang melakukan kekerasan. Selain itu, ia ingin menangguhkan sebagian dari Perjanjian Asosiasi yang mencakup aspek perdagangan dengan Israel, sebagai respon atas situasi krisis di Gaza.
Dalam pidatonya, von der Leyen menyatakan keprihatinan mendalam terhadap bencana kelaparan di Gaza akibat blokade yang sudah berlangsung beberapa tahun terakhir. Ia mengecam penggunaan kelaparan sebagai ‘senjata perang’, menegaskan bahwa kondisi ini sangat memprihatinkan. “Orang-orang terbunuh saat mencari makanan. Gambaran ini sangat mencolok dan mempengaruhi hati nurani kita semua,” ungkapnya.
Von der Leyen juga menyoroti adanya perpecahan di antara negara-negara anggota Uni Eropa yang menghambat respons kolektif terhadap situasi di Palestina. Ia berkomitmen untuk melakukan segala yang mungkin secara mandiri, meskipun menyadari tantangan dalam mencapai kesepakatan di antara 27 negara anggota. “Saya menyadari kesulitan dalam menemukan suara mayoritas. Namun, kita semua memiliki tanggung jawab untuk bertindak,” katanya.
Sebagai tambahan, von der Leyen berencana membentuk kelompok donor bagi Palestina, khususnya untuk Gaza, berharap dapat terbentuk pada Oktober 2025. “Kami akan membentuk kelompok donor untuk Palestina bulan depan, menyertakan instrumen khusus untuk rekonstruksi Gaza sebagai bagian dari upaya internasional,” jelasnya.
Ia juga menyerukan agar akses bantuan kemanusiaan diberikan tanpa hambatan, dan menegaskan perlunya gencatan senjata segera. Von der Leyen mengingatkan bahwa jalan menuju perdamaian yang berkelanjutan adalah solusi dua negara yang hidup berdampingan dalam keamanan.
Sementara itu, seperti dilaporkan, Israel telah melancarkan serangan besar-besaran di Gaza sejak Oktober 2023 sebagai respons atas serangan yang dilakukan oleh kelompok Hamas terhadapnya. Akibatnya, jumlah korban tewas di Gaza telah mencapai lebih dari 64.000 orang, sebagian besar merupakan warga sipil.
Von der Leyen menutup pidatonya dengan menyerukan tindakan nyata dari semua pihak untuk menghentikan kekerasan demi kemanusiaan, khususnya bagi anak-anak yang menjadi korban konflik. Dengan inisiatif tersebut, diharapkan ada langkah konkret untuk meredakan ketegangan dan memberikan bantuan kepada masyarakat yang terdampar di Gaza.