Internasional

Israel Serang Doha, Memicu Kecaman Internasional dan Risiko Eskalasi Konflik

Avatar photo
6
×

Israel Serang Doha, Memicu Kecaman Internasional dan Risiko Eskalasi Konflik

Sebarkan artikel ini

Serangan Israel ke Doha Picu Kecaman Global dan Memperumit Situasi Timur Tengah

Jakarta, CNN Indonesia – Pada Selasa (9/9), Israel melancarkan serangan udara yang menghantam ibu kota Qatar, Doha. Tindakan ini segera memicu gelombang kecaman internasional. Israel mengklaim bahwa serangan tersebut ditujukan untuk menargetkan para pemimpin Hamas yang tengah membahas proposal gencatan senjata dari Amerika Serikat (AS) terkait Gaza. Namun, aksi militer ini justru berpotensi meningkatkan ketegangan dan risiko eskalasi konflik di kawasan Timur Tengah.

Menteri Luar Negeri Jerman, Johann Wadephul, mengatakan bahwa serangan yang dilakukan Israel tidak hanya melanggar kedaulatan Qatar, tetapi juga membahayakan upaya penyelamatan sandera. Ia menekankan bahwa insiden tersebut dapat mengguncang proses mediasi yang tengah berlangsung.

Qatar mengecam keras serangan ini, menyebutnya sebagai “tindakan pengecut”. Kementerian Luar Negeri Qatar menegaskan bahwa aksi tersebut merupakan pelanggaran hukum internasional dan ancaman nyata terhadap keamanan warga Doha. Doha juga menegaskan ketidak toleransian terhadap tindakan sembrono yang mengganggu keamanan regional.

Reaksi datang dari Presiden AS, Donald Trump, yang memperingatkan Israel akan konsekuensi serius akibat serangan ini, serta menilai tindakan tersebut dapat mempersulit upaya perdamaian. Trump mengklaim sudah berusaha mencegah serangan tetapi gagal, dan menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Ia menegaskan bahwa Qatar merupakan sekutu penting bagi AS, dan lokasi serangan sangat memprihatinkan.

Hamas menanggapi dengan menuduh Israel berusaha menggagalkan proses perundingan gencatan senjata. Dalam pernyataannya, kelompok tersebut mengonfirmasi bahwa para pemimpin senior mereka selamat dari upaya pembunuhan yang dilakukan Israel. Namun, serangan tersebut mengakibatkan enam orang tewas, termasuk putra dari salah satu pemimpin Hamas, Khalil al-Hayya, dan seorang perwira Qatar.

Eropa juga menyampaikan kecaman terhadap serangan ini. Jerman menilai tindakan Israel sangat tidak dapat diterima, terutama di tengah upaya mediasi yang sensitif dalam konflik Gaza. Italia pun mengemukakan pandangan serupa, menegaskan bahwa serangan tersebut merusak kedaulatan Qatar yang selama ini berupaya menghentikan perang. Perdana Menteri Italia, Giorgio Meloni, menunjukkan solidaritas kepada Emir Qatar dan menyatakan dukungan penuh terhadap peran Doha dalam diplomasi.

Tak hanya dari negara sekutu AS, reaksi keras juga datang dari dunia Muslim. Arab Saudi menyebut serangan itu sebagai “agresi brutal”, sementara Uni Emirat Arab (UEA) menilai serangan tersebut sebagai pengkhianatan. Mereka mengingatkan bahwa keamanan Qatar merupakan bagian dari stabilitas kawasan Teluk.

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merespons dengan menggelar rapat darurat di New York untuk membahas insiden tersebut, yang dianggap berpotensi menambah ketidakstabilan global. Israel mengklaim bahwa serangan itu dilakukan secara independen tanpa koordinasi dengan sekutu. Menurut informasi yang beredar, setidaknya 12 serangan udara menghantam daerah pemukiman di Doha dengan target yang dinyatakan adalah pemimpin Hamas.

Tindakan unilateral Israel ini meningkatkan tekanan politik di forum internasional. Negara-negara anggota PBB khawatir bahwa insiden ini tidak hanya akan memperburuk situasi di Gaza, tetapi juga mengancam peran Qatar sebagai mediator utama dalam konflik yang terus menimbulkan korban jiwa.