Bocah 5 Tahun Jadi Korban Serangan Monyet Liar di Pasuruan
Pasuruan – NFA (5), seorang bocah perempuan asal Dusun Ngemplak, Desa Toyaning, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan, mengalami nasib tragis setelah diserang oleh monyet liar, menyebabkan luka parah dan memerlukan tindakan operasi di rumah sakit. Insiden ini terjadi pada Rabu (3/9/2025), saat NFA sedang bermain bersama teman-temannya.
Tim Pemadam Kebakaran (Damkar) Kabupaten Pasuruan segera merespons laporan mengenai serangan tersebut dengan menerjunkan empat personel lengkap dengan peralatan jaring dan jebakan. “Kami berusaha menangkap monyet yang agresif ini, karena ia cukup gesit,” ujar Kasi Damkar Kabupaten Pasuruan, Bachtiar Hendrasyoko, pada Jumat (5/9/2025). Pihaknya telah memasang jebakan di lokasi-lokasi yang sering dikunjungi oleh monyet tersebut.
Saat ini, warga Desa Toyaning merasa khawatir, tidak hanya akibat serangan yang dialami NFA, tetapi juga karena monyet liar masih berkeliaran di perkampungan. Bachtiar menghimbau kepada masyarakat untuk tidak mencoba menangkap monyet sendiri karena hal ini sangat berbahaya. “Jika melihat monyet, segera laporkan kepada kami,” tegasnya.
Kronologi serangan bermula ketika NFA sedang bermain dengan anak-anak lain. Tiba-tiba, monyet muncul dan membuat semua anak panik, berlari menjauh. Namun, NFA terjatuh dan menjadi sasaran serangan, mengalami cakaran dan gigitan di punggung serta tangannya. Ia kemudian dilarikan ke RSUD Bangil untuk perawatan intensif.
“Kejadian itu sangat mengejutkan. Semua teman NFA lari, tetapi dia tidak sempat menghindar,” ungkap Ida Fitria (34), tetangga NFA, yang menyaksikan kejadian tersebut. Hingga kini, NFA masih menjalani perawatan pasca-operasi dan belum diperbolehkan pulang.
Serangan monyet liar ini menyoroti perlunya perhatian lebih terhadap masalah satwa liar yang sering berinteraksi dengan manusia, terutama di daerah pemukiman. Fenomena ini bukan hanya terjadi di Pasuruan, namun juga di berbagai wilayah di Indonesia, di mana habitat alami satwa semakin menyusut akibat pembangunan dan perambahan hutan.
Mungkin sudah saatnya bagi pemerintah daerah untuk melakukan sosialisasi terkait tindakan pencegahan saat berhadapan dengan satwa liar, termasuk membentuk tim khusus untuk menangani kasus serupa. Di sisi lain, masyarakat juga diharapkan lebih proaktif dalam melaporkan keberadaan satwa liar yang dapat membahayakan keselamatan, serta memahami batasan interaksi dengan hewan liar.
Insiden ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan manusia dan satwa liar, agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Kewaspadaan dan pengetahuan akan cara bertindak yang tepat sangat diperlukan, terutama di daerah dengan sejarah interaksi manusia-satwa yang kompleks.
Dengan langkah-langkah yang tepat dan kerja sama antara warga dan petugas terkait, diharapkan masalah ini dapat ditangani secara efektif demi keamanan bersama.