Korban Keracunan Makanan Bergizi Gratis di Lebong Meningkat Jadi 344 Orang
Jumlah korban keracunan akibat makanan bergizi gratis (MBG) di Kabupaten Lebong, Bengkulu, terus bertambah. Hingga Kamis (28/8/2025), tercatat 344 orang yang terdiri dari 341 pelajar dan 3 guru mengalami keracunan. Saat ini, 304 pelajar dan 3 guru masih dirawat intensif di RSUD Kabupaten Lebong, termasuk 11 orang yang ditempatkan di Unit Gawat Darurat (IGD). Selain itu, 32 pelajar dirawat di Puskesmas Semelako, dengan 23 dirawat inap dan 9 lainnya menjalani perawatan jalan. Sementara itu, satu pelajar dirawat di Puskesmas Muara Aman dan tiga di Puskesmas Leumepit di Kecamatan Lebong Sakti.
Wakil Gubernur Bengkulu, Mian, menegaskan bahwa peristiwa ini menjadi perhatian serius Pemerintah Provinsi Bengkulu. Dalam keterangan resmi, Mian menyebutkan bahwa dapur MBG yang diduga menjadi sumber keracunan telah ditutup sementara untuk penyelidikan lebih lanjut. “Pengelola dapur MBG ini dihentikan dan sedang dalam investigasi. Kita akan menilai di mana ada kelemahan, dan ini menjadi ranah aparat penegak hukum serta tim investigasi MBG,” ujar Mian saat melakukan kunjungan ke lokasi pada hari yang sama.
Mian menegaskan bahwa fokus utama saat ini adalah memastikan kesehatan korban. “Kita harus menangani musibah ini dengan serius demi keselamatan anak-anak,” tambahnya. Penyelidikan juga bertujuan untuk mengidentifikasi apakah ada unsur kelalaian atau kesengajaan dari pihak pengelola dapur MBG dalam penyajian makanan yang diduga menjadi penyebab keracunan ini.
Kasus keracunan massal ini menggugah kepedulian masyarakat, khususnya orang tua siswa di Lebong. Mereka khawatir akan keamanan makanan yang disajikan dalam program MBG yang seharusnya bertujuan memberikan nutrisi baik bagi siswa. Situasi ini pun menjadi sorotan media dan kalangan aktivis kesehatan, yang menyerukan perlunya pengawasan lebih ketat terhadap penyediaan makanan bagi anak-anak.
Pemerintah daerah juga diharapkan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya keamanan pangan, agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Dukungan dari masyarakat dan lembaga terkait sangat diperlukan untuk memastikan program MBG benar-benar bermanfaat dan aman bagi semua siswa.
Melihat dampak dari insiden ini, para pihak diharapkan dapat bekerja sama untuk menyelidiki secara transparan dan memberikan solusi yang tepat. Tak hanya itu, masyarakat diimbau untuk melaporkan jika menemukan indikasi keracunan makanan lainnya, guna mencegah kasus serupa terjadi lagi di daerah lain.
Kasus ini menjadi contoh nyata pentingnya pengawasan dalam program pemberian makanan bergizi di sekolah. Diharapkan, peristiwa serupa tidak hanya menjadi pelajaran bagi pihak pengelola, tetapi juga bagi kita semua untuk lebih peduli dan waspada terhadap keamanan pangan, terutama bagi anak-anak.