Internasional

Serangan Drone Israel Tewaskan Enam Prajurit Suriah di Damaskus

Avatar photo
4
×

Serangan Drone Israel Tewaskan Enam Prajurit Suriah di Damaskus

Sebarkan artikel ini

Enam Prajurit Militer Suriah Tewas Dalam Serangan Udara Israel di Damaskus

Jakarta, CNN Indonesia — Sebuah serangan pesawat nirawak Israel di selatan Damaskus mengakibatkan enam prajurit militer Suriah tewas. Insiden ini terjadi pada Rabu (27/8) dini hari, ketika sejumlah drone Israel menargetkan pos militer Suriah di sekitar Kota Al Kiswah, yang berlokasi dekat dengan ibu kota Suriah tersebut.

Kementerian Luar Negeri Suriah baru-baru ini melaporkan bahwa Israel telah mengerahkan 60 prajurit untuk mengambil alih wilayah di dalam perbatasan Suriah, terutama di sekitar Gunung Hermon, yang memicu ketegangan di kawasan tersebut. Menanggapi situasi ini, Menteri Luar Negeri Suriah, Asaad Al Shaibani, menuduh Israel tengah membangun fasilitas intelijen dan pos militer di wilayah demiliterisasi, bagian dari rencana ekspansi yang lebih besar.

Awal Agustus, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengungkapkan visinya untuk menciptakan “Israel Raya”, yang merupakan konsep klaim atas wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza, serta bagian dari Lebanon, Suriah, Mesir, dan Yordania. Pemikiran ini telah mengundang kritik keras dari berbagai negara Arab dan Muslim, yang menyebutnya sebagai “pelanggaran nyata dan berbahaya” terhadap hukum internasional serta stabilitas hubungan internasional.

Serangan terakhir ini dilaksanakan setelah bentrokan mematikan yang terjadi di Provinsi Suwayda, Suriah. Pertikaian sektarian telah mengguncang daerah tersebut selama sepekan di bulan Juli, menewaskan lebih dari 1.400 orang, menurut laporan yang disampaikan oleh Al Jazeera. Israel mengklaim bahwa serangan ini ditujukan untuk mendukung komunitas Druze yang mayoritas di Sweida, sebuah kelompok minoritas dari aliran Islam Syiah Ismailiyah, yang memiliki hubungan historis dengan Israel.

Komunitas Druze di Sweida telah menjadi kelompok mayoritas, menyusun hingga 90 persen dari populasi daerah tersebut. Ketika kepemimpinan Sunni di Yerusalem mengancam keberadaan makam suci Druze di Tiberias, mereka memilih untuk berkolaborasi dengan pasukan militer Yahudi selama Perang Arab-Israel 1948. Hubungan ini memperkuat posisi Druze dalam konteks geopolitik yang rumit di kawasan tersebut.

Setelah serangan Israel yang menargetkan jantung Kota Damaskus, Kementerian Dalam Negeri Suriah merespons dengan mengumumkan gencatan senjata di wilayah Sweida. Langkah ini diharapkan dapat meredakan ketegangan yang semakin meningkat di kawasan tersebut pasca serangan.

Serangan militer Israel di Suriah mengikuti pola serupa yang sering terjadi di mana Israel berupaya menghalau kehadiran militer Iran dan sekutunya di wilayah tersebut. Konflik yang berkepanjangan ini telah menyebabkan banyak sekali kerugian di kedua belah pihak. Sebagai bagian dari strategi pertahanannya, Israel beranggapan bahwa serangan seperti ini adalah langkah penting untuk menjaga keamanan nasionalnya.

Kejadian ini menunjukkan bahwa ketegangan di kawasan Timur Tengah masihlah tinggi, dan solusi damai belum sepenuhnya tercapai. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran tentang stabilitas regional dan dampaknya terhadap masyarakat sipil yang terjebak dalam konflik berkepanjangan ini.