Nasional

Khamenei: Tidak Ada Penyelesaian Perselisihan Iran-AS, Tegaskan Tak Akan Tunduk

Avatar photo
5
×

Khamenei: Tidak Ada Penyelesaian Perselisihan Iran-AS, Tegaskan Tak Akan Tunduk

Sebarkan artikel ini

Iran Tegaskan Posisi Teguh Terhadap AS dan Israel

Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, pada Minggu menegaskan bahwa tidak ada solusi bagi perselisihan antara Teheran dan Washington. Ia menyatakan Iran tidak akan tunduk pada tekanan dari Amerika Serikat (AS) dan menekankan bahwa musuh telah gagal melemahkan negara tersebut melalui konflik bersenjata.

Dalam pernyataannya melalui media pemerintah, Khamenei mengaitkan keretakan berlangsung antara Iran dan AS dengan apa yang ia sebut sebagai “sikap agresif” dari pihak Washington. Ia merasa perlu menyampaikan bahwa ada upaya untuk menciptakan perpecahan di dalam negeri Iran, meski tidak merinci lebih lanjut tentang bentuk upaya tersebut atau pihak-pihak yang terlibat.

Khamenei menekankan pentingnya persatuan nasional di Iran, yang semakin solid dalam menghadapi “agresi dari AS dan Israel.” Ia mengatakan, “Kita harus mempertahankan persatuan ini agar mampu menghadapi segala tantangan yang ada.”

Sikap tersebut muncul sebagai respons terhadap seruan Presiden Donald Trump yang meminta Iran untuk “menyerah”. Khamenei menyebut bahwa rakyat Iran merasa terhina oleh pernyataan tersebut dan bertekad untuk melawan harapan-harapan palsu dari pihak luar.

Ketegangan antara Iran dan AS semakin meningkat setelah serangan yang dilakukan Israel pada 13 Juni lalu, yang menargetkan sejumlah situs militer dan nuklir di Iran. Serangan tersebut memperburuk hubungan yang sudah tegang antara kedua negara. Sebagai balasan, Iran melancarkan serangan rudal dan drone, yang direspons AS dengan menggempur tiga fasilitas nuklir Iran. Konflik yang berdurasi 12 hari ini berakhir setelah gencatan senjata yang ditengahi oleh AS pada 24 Juni.

Khamenei menegaskan, “Iran tidak akan mundur dari pendiriannya.” Keberanian tersebut menunjukkan tekad rakyat Iran untuk menghadapi segala ancaman yang ditujukan kepada mereka, serta menyoroti komitmen pemerintah untuk tetap independen dan berdaulat di tengah berbagai tekanan internasional.

Jika melihat ke belakang, hubungan Iran dan AS telah lama terpaut dalam sejarah yang penuh dengan ketegangan. Sejak Revolusi Islam pada 1979, kedua negara terlibat dalam berbagai konflik dan pernyataan saling ancam. Khamenei melihat sikap AS yang diduga ingin mengganggu stabilitas Iran sebagai bagian dari gambaran lebih besar yang ingin ditunjukkan kepada dunia.

Dengan kondisi saat ini, Khamenei menekankan perlunya kohesi masyarakat Iran dalam melawan ancaman eksternal, dan menegaskan bahwa upaya untuk merongrong persatuan tersebut akan selalu dihadapi dengan ketahanan oleh rakyat. Menurutnya, kesatuan bangsa adalah kunci untuk menghadapi berbagai tantangan yang ada, terutama di tengah kebangkitan agresi dari negara-negara lain.

Situasi ini menjadi salah satu momen krusial dalam sejarah hubungan internasional, terutama bagi negara-negara yang terlibat langsung. Kebijakan luar negeri Iran di bawah kepemimpinan Khamenei tampaknya tak akan berubah seiring dengan meningkatnya tekanan dari AS dan sekutunya.