Internasional

Tragedi Ganda: Komunitas Buddhis dan Warisan Gandhara di Pakistan Terpinggirkan dan Terabaikan

Avatar photo
5
×

Tragedi Ganda: Komunitas Buddhis dan Warisan Gandhara di Pakistan Terpinggirkan dan Terabaikan

Sebarkan artikel ini

Kondisi Komunitas Buddhis dan Peninggalan Warisan di Pakistan: Sebuah Tragedi Budaya dan Kemanusiaan

Jakarta, CNN Indonesia – Pakistan menghadapi tantangan besar terhadap warisan budaya dan keberadaan komunitas Buddhisnya. Di tengah keberadaan situs-situs bersejarah yang mengagumkan, seperti peninggalan dari kawasan Gandhara, komunitas Buddhis di negara ini terpinggirkan dan berhadapan dengan ancaman terhadap warisan yang menjadi bagian dari identitas mereka.

Kawasan Gandhara, yang terletak di utara Pakistan, pernah menjadi pusat peradaban Buddhis yang kaya. Wilayah ini dikenal sebagai tempat lahirnya banyak karya seni dan pemikiran yang mendalam, yang pengaruhnya meluas hingga Asia Tengah dan Asia Timur. Di sini, kota-kota seperti Taxila, Swat, dan Peshawar menjadi pusat pendidikan dan kebudayaan, menarik peziarah dari berbagai penjuru, termasuk dari China. Namun, kini situs-situs bersejarah tersebut tampaknya hanya dipandang sebagai reruntuhan arkeologi, tanpa pengakuan sebagai simbol kehidupan spiritual yang berkembang di masa lalu.

Data menunjukan bahwa jumlah umat Buddha di Pakistan hanya berkisar ribuan orang. Mereka tersebar di berbagai wilayah dan sering kali memilih untuk menyembunyikan identitas mereka karena takut akan stigma sosial dan diskriminasi. Dalam konteks ini, komunitas minoritas di Pakistan, termasuk Hindu, Kristen, dan Sikh, juga mengalami tekanan, namun komunitas Buddhis, dengan populasi yang lebih kecil, berada dalam posisi yang lebih rentan.

Kesaksian dari keluarga Buddhis di provinsi Sindh dan daerah lain menggambarkan ketakutan yang terus membayangi.

“Banyak di antara kami yang harus menyembunyikan identitas asli atau berpura-pura memeluk agama lain untuk menghindari pelecehan,” ungkap salah satu anggota komunitas di Sindh. Meskipun konstitusi Pakistan menjamin kebebasan beragama, pelaksanaannya sering kali tidak konsisten, bahkan dalam situasi di mana nilai-nilai agama lain semakin terdampak oleh proses Islamisasi yang terus berlangsung.

Selain tantangan bagi komunitas, kondisi penanganan situs-situs warisan Buddhis juga mengkhawatirkan. Reruntuhan Taxila yang terdaftar sebagai Warisan Dunia UNESCO dan stupa di Lembah Swat terancam kerusakan akibat kurangnya pendanaan dan perhatian untuk upaya pelestarian. Banyak penelitian dan informasi dari wisatawan menunjukkan bahwa infrastruktur di sekitar situs-situs ini sangat minim, dengan perlindungan yang tidak memadai. Risiko kerusakan fisik seperti penjarahan dan vandalisme menjadi ancaman nyata, terutama di tengah meningkatnya ketegangan terhadap simbol-simbol non-Islam.

Kasus penghancuran Patung Buddha Bamiyan di Afghanistan pada tahun 2001 menjadi pengingat akan potensi ancaman yang dihadapi situs-situs bersejarah di Pakistan. Meskipun tidak terjadi penghancuran masif, kerusakan yang terjadi akibat ketidakpedulian dianggap sebagai suatu bentuk kehilangan warisan budaya yang tidak terasa.

Pemertaan warisan Buddhis di Pakistan semakin tergerus di tengah pengakuan negara yang lebih memprioritaskan peninggalan Lembah Indus dan warisan Mughal. Ketiadaan perhatian terhadap kebudayaan Buddhis, yang diakui secara internasional, mengurangi nilai keaslian historiografi Pakistan. Seharusnya, negara-negara seperti Sri Lanka dan Thailand yang mengagumi kontribusi Gandhara menjadi contoh bagaimana warisan Buddhis dimanfaatkan sebagai kebanggaan budaya.

Kondisi komunitas Buddhis dan situs-situs warisan mereka mencerminkan sikap umum negara terhadap kelompok minoritas. Dapat disimpulkan bahwa marginalisasi identitas mereka merupakan bagian dari masalah sistemik yang lebih besar, yaitu eksklusi dan intoleransi yang dialami banyak kelompok minoritas di Pakistan.

Hingga tahun 2025, keadaan ini tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Komunitas Buddhis masih terpinggirkan, tidak leluasa dalam menjalankan ibadah, sementara peninggalan warisan mereka terus menghadapi ancaman kerusakan. Kisah umat Buddha di Pakistan mencerminkan perjuangan untuk bertahan hidup di tengah keterpinggiran. Warisan yang seharusnya menjadi simbol kejayaan kini hanya menjadi penanda kehilangan, menjebak Pakistan dalam kenangan sejarah yang terabaikan.