Internasional

Prabowo Siap Berpidato di PBB 23 September, Pertama dalam 10 Tahun

Avatar photo
5
×

Prabowo Siap Berpidato di PBB 23 September, Pertama dalam 10 Tahun

Sebarkan artikel ini

Presiden Prabowo Subianto Akan Berpidato di Sidang Majelis Umum PBB

Jakarta – Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan untuk memberikan pidato di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang akan berlangsung pada 23 September mendatang di New York, Amerika Serikat. Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi mengungkapkan bahwa Prabowo akan berpidato setelah Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

“Informasi yang kami peroleh menunjukkan bahwa Presiden Prabowo akan melakukan pidato pada 23 September, sebagai pembicara ketiga setelah Lula dan Trump,” ujarnya saat memberikan keterangan kepada wartawan di Istana Negara pada Jumat, 22 Agustus.

Pidato ini menjadi momen penting bagi Prabowo, karena merupakan kali pertama bagi seorang Presiden Republik Indonesia memberikan pidato langsung di hadapan forum PBB setelah sepuluh tahun terakhir. Pendahulu Prabowo, Presiden RI ke-7 Joko Widodo, tidak mengunjungi Sidang Majelis Umum PBB selama dua periode jabatannya.

Sebagai langkah untuk memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional, pidato ini diharapkan dapat mengangkat isu-isu penting, termasuk kerjasama pembangunan dan kontribusi Indonesia dalam menyelesaikan berbagai tantangan global.

Sebelum acara berlangsung, kementerian dan lembaga terkait diharapkan dapat menyiapkan bahan-bahan serta konsep pidato yang akan disampaikan. Pidato ini juga diharapkan dapat mencerminkan kebijakan luar negeri Indonesia yang mengedepankan perdamaian dan kemitraan strategis.

Partisipasi aktif Indonesia dalam forum internasional, khususnya PBB, menunjukkan komitmen negara ini untuk berkontribusi dalam menjaga perdamaian dan keamanan dunia. Keterlibatan Prabowo di forum bergengsi ini diharapkan dapat memperkuat diplomasi Indonesia serta menarik perhatian terhadap berbagai inisiatif yang akan diambil, termasuk program-program untuk penanganan isu lingkungan, kesehatan global, dan pengentasan kemiskinan.

Berbagai pihak di dalam negeri juga menyambut positif agenda tersebut. Harapan masyarakat adalah agar pidato Presiden dapat memberikan inspirasi dan memahami peran serta kontribusi Indonesia di kancah global. Namun, upaya untuk benar-benar membumikan berbagai isu ini bergantung pada substansi yang disampaikan oleh Prabowo selama pidato, yang diharapkan tidak hanya bersifat seremonial, tetapi juga menjawab tantangan nyata yang dihadapi masyarakat dunia saat ini.

Dalam konteks ini, perhatian publik dan pemangku kepentingan sangat besar untuk menilai tidak hanya isi pidato, tetapi juga langkah-langkah konkret yang akan diambil pemerintah setelah acara tersebut. Dalam situasi yang kian kompleks di tingkat internasional, pidato ini diharapkan bisa menjadi salah satu langkah awal untuk merajut kerjasama lebih baik dengan negara-negara lain.

Dengan demikian, pidato Presiden Prabowo di PBB bukan hanya sekadar sebuah momen sejarah bagi Indonesia, tetapi juga menjadi simbol harapan untuk memperkuat diplomasi dan posisi negeri ini di mata dunia.