Angola Tolak Pertandingan Persahabatan dengan Argentina di Tengah Krisis Sosial
Jakarta – Rencana pertandingan persahabatan antara Timnas Argentina dan Angola pada November mendatang menuai penolakan dari masyarakat Angola. Penolakan ini muncul akibat kondisi sosial yang memprihatinkan di negara tersebut, di mana pemerintah saat ini sedang menghadapi protes besar-besaran akibat penindasan. Rencananya, pertandingan ini digelar untuk merayakan 50 tahun kemerdekaan Angola.
Sejak Juli lalu, kerusuhan melanda Angola, dimulai dari protes supir taksi yang menentang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) hingga 30 persen dan penghentian subsidi pemerintah. Aksi demonstrasi tersebut awalnya terjadi di ibukota, Luanda, dan dengan cepat meluas ke enam provinsi lainnya. Akibat kerusuhan ini, setidaknya 30 warga sipil dilaporkan tewas, sementara lebih dari 270 orang mengalami luka-luka dan lebih dari 1.500 orang ditangkap oleh pihak kepolisian.
Dalam surat terbuka yang ditujukan kepada federasi sepakbola Argentina dan yayasan milik Lionel Messi, empat kelompok aktivis masyarakat menyatakan keprihatinan mereka dan meminta agar kedatangan timnas Argentina dibatalkan. Mereka menegaskan bahwa menolak pertandingan persahabatan ini akan menjadi bentuk solidaritas internasional yang menghormati hak asasi manusia. “Menolak bermain akan menjadi isyarat mulia solidaritas internasional dan penghormatan terhadap hak asasi manusia,” demikian bunyi salah satu pernyataan dalam surat tersebut.
Angola dikenal sebagai salah satu produsen minyak terbesar di Afrika, dengan ekspor minyak yang diperkirakan mencapai USD 31,4 miliar pada tahun 2024. Namun, kondisi sosial di negara ini sangat kontradiktif; sekitar sepertiga dari 38 juta penduduk Angola hidup dalam kemiskinan. Menurut data Bank Dunia, kerentanan ekonomi, kelaparan kronis, dan kurangnya akses terhadap makanan mempengaruhi kehidupan banyak warga, di mana 22,5% penduduk Angola diperkirakan akan mengalami kekurangan gizi pada tahun 2025, sesuai laporan PBB.
Kritik terhadap pemerintah juga semakin mengemuka, terutama terkait prioritas mereka yang lebih mengutamakan acara-acara besar seperti pertandingan sepakbola, sementara rakyatnya berjuang menghadapi masalah mendasar seperti kelaparan dan anemia. Sementara itu, pihak federasi sepakbola Argentina dilaporkan akan mempertimbangkan surat dari para aktivis Angola sebelum mengambil keputusan akhir terkait kedatangan mereka.
Dalam konteks yang lebih luas, situasi ini mencerminkan ketegangan antara harapan masyarakat akan perayaan kemerdekaan dan realitas pahit yang harus mereka hadapi sehari-hari. Demonstrasi ini merupakan cerminan dari kegelisahan sosial yang telah muncul akibat kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak pada rakyat. Saat masyarakat menuntut keadilan dan pengakuan atas hak-hak mereka, langkah untuk membatalkan pertandingan ini akan menjadi simbol penting bagi solidaritas internasional dan perhatian terhadap kondisi yang mereka alami.
Dengan situasi yang kian memanas, perhatian global kini tertuju pada apa yang akan dilakukan oleh federasi sepakbola Argentina terkait permohonan dari para aktivis dan bagaimana mereka merespons keadaan darurat sosial di Angola.