Berita

Sunarto Tetap Setia Anyam Tampah Tradisional di Tengah Modernisasi

Avatar photo
5
×

Sunarto Tetap Setia Anyam Tampah Tradisional di Tengah Modernisasi

Sebarkan artikel ini

Sunarto, Pengrajin Tampah Tradisional di Blitar yang Masih Bertahan di Era Modern

BLITAR – Sunarto, 63 tahun, warga Kelurahan Bajang, Kecamatan Talun, tetap bertahan menganyam tampah secara tradisional sejak 1987. Meski produk modern marak, Sunarto percaya kualitas bahan menjadi kunci kesuksesan usaha turun-temurun yang ia jalani.

Menggunakan bambu apus dan rotan berkualitas, Sunarto mampu memproduksi hingga sepuluh tampah dalam sehari, dengan waktu pengerjaan sekitar tiga jam per buah. Keberhasilan ini juga didukung oleh empat karyawan yang membantunya dalam proses anyaman. Harga tampah yang dihasilkan bervariasi, mulai Rp 15 ribu untuk ukuran kecil hingga Rp 40 ribu untuk ukuran besar.

Pemasaran tampahnya tidak hanya terbatas di Blitar, tetapi juga menjangkau Malang, dengan sistem penjualan yang mengandalkan rekomendasi dari mulut ke mulut. Sunarto sempat mempertimbangkan penggunaan mesin untuk meningkatkan produktivitas, namun ia khawatir kualitas dan keunikan tampah tradisionalnya akan hilang. “Kalau pakai mesin memang lebih cepat, tapi saya masih perhitungkan agar kualitas tetap terjaga,” ungkapnya.

Keberlangsungan usaha ini menjadi contoh penting dalam melestarikan warisan budaya di tengah serbuan produk modern.