Hamas Siap Tarik Pasukan dari Gaza dengan Syarat Gencatan Senjata
Jakarta, CNN Indonesia – Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, menyatakan kesiapan untuk menarik semua anggotanya dari Jalur Gaza asalkan Israel memenuhi syarat tertentu. Proposal tersebut telah disampaikan oleh delegasi Hamas kepada mediator Mesir di Kairo.
Sumber yang terlibat dalam negosiasi mengungkapkan bahwa Hamas bersedia menarik pasukannya dengan imbalan Israel menarik semua pasukan mereka ke lokasi yang disepakati. “Hamas menekankan pentingnya menyelamatkan nyawa para sandera,” kata sumber tersebut, seperti dilansir dari TASS.
Kesediaan untuk melakukan penarikan ini sejalan dengan desakan dalam Deklarasi New York yang dihasilkan dari konferensi tingkat tinggi internasional PBB terkait implementasi Solusi Dua Negara di New York pada 28-30 Juli 2025. Selain itu, Hamas juga menginginkan adanya kesepakatan tertulis dengan Israel untuk menjamin bahwa pemerintah Israel akan membatalkan rencana mencaplok Gaza serta menghentikan aksi permusuhan.
Mesir saat ini tengah menyusun roadmap atau peta jalan untuk mencapai kesepakatan komprehensif di Gaza, yang diharapkan bisa diterapkan paling lambat akhir Agustus. Sebelumnya, media Mesir mengabarkan bahwa delegasi Hamas telah bertemu dengan Kepala Intelijen Mesir, Hassan Rashid, menunjukkan itikad baik untuk melanjutkan perundingan gencatan senjata.
Fokus utama konsultasi di Kairo adalah mewujudkan kesepakatan gencatan senjata selama 60 hari antara Hamas dan Israel. Negosiasi gencatan senjata ini telah berlangsung sejak dimulainya invasi yang dilancarkan oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Namun, proses tersebut seringkali menemui jalan buntu, dengan beberapa kesepakatan gencatan senjata yang hanya bertahan dalam waktu singkat. Bahkan, selama masa gencatan senjata, pasukan Israel masih melanjutkan serangan.
Komunitas internasional secara konsisten mendesak agar diambil langkah untuk mengimplementasikan gencatan senjata permanen, namun seruan tersebut sampai saat ini belum membuahkan hasil. Berbagai proposal perdamaian telah diajukan, namun belum ada kesepakatan yang dicapai oleh kedua belah pihak.
Di tengah upaya negosiasi ini, Israel baru-baru ini memutuskan untuk mencaplok Kota Gaza dengan alasan untuk menghancurkan dua benteng Hamas dan menyelamatkan para sandera. Sejak dimulainya agresi, Israel terus melancarkan serangan yang menghancurkan warga sipil dan infrastruktur, menyebabkan lebih dari 61.000 warga Palestina tewas.
Pengembangan situasi ini menunjukkan kompleksitas konflik yang berkepanjangan antara Hamas dan Israel, serta tantangan dalam mencari solusi yang dapat diterima oleh kedua pihak. Harapan akan perdamaian masih ada, namun sangat bergantung pada kesediaan masing-masing pihak untuk berkompromi dan menyepakati langkah-langkah konkret untuk mengakhiri permusuhan.
Semua pihak berharap agar upaya mediasi Mesir dapat membuahkan hasil yang positif, membawa ketenangan bagi rakyat Palestina di Gaza yang sudah lama menderita akibat konflik ini.