Internasional

Empat Jurnalis Al Jazeera Tewas Dalam Serangan Militer Israel di Gaza

Avatar photo
52
×

Empat Jurnalis Al Jazeera Tewas Dalam Serangan Militer Israel di Gaza

Sebarkan artikel ini

Serangan Militer Israel Tewaskan Empat Jurnalis Al Jazeera di Gaza

Jakarta, CNN Indonesia — Dalam serangan militer yang terjadi pada Minggu (10/8), empat jurnalis dari Al Jazeera, termasuk koresponden Anas al-Sharif, terbunuh di Kota Gaza. Insiden tersebut terjadi saat jurnalis-jurnalis tersebut berada di sebuah tenda di luar Rumah Sakit Al-Shifa. Menurut laporan, al-Sharif menghabiskan waktu di Gaza utara sebelum tragedi itu terjadi.

Selain al-Sharif, dua jurnalis lainnya, yaitu Mohammed Qreiqeh dan operator kamera Ibrahim Zaher serta Mohammed Noufal, turut menjadi korban dalam serangan tersebut. Direktur Rumah Sakit Al-Shifa berpendapat bahwa serangan ini tampak terarah dan disengaja oleh militer Israel.

Sebelum meninggal, al-Sharif sempat mengunggah pernyataan di platform X yang menyebutkan adanya pengeboman intensif oleh Israel di wilayah timur dan selatan Kota Gaza. Dalam video terakhir yang direkamnya, suara dentuman keras rudal Israel terdengar jelas di tengah gelapnya langit yang disinari kilatan cahaya oranye.

Militer Israel kemudian mengklaim bahwa al-Sharif terlibat dengan kelompok Hamas dan menuduhnya sebagai pemimpin sel yang melakukan serangan roket terhadap warga sipil Israel dan militer. Israel juga mengklaim telah mengumpulkan “bukti yang tidak terbantahkan” mengenai keterlibatan al-Sharif dalam aktivitas yang dianggap permusuhan.

Namun, analisis dari Muhammed Shehada, seorang peneliti di Euro-Mediterranean Human Rights Monitor, menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang mendukung tuduhan tersebut. “Kegiatan sehari-harinya adalah melaporkan berita, bukan berperang,” ujar Shehada.

Tuduhan terhadap al-Sharif sebagai anggota Hamas bukanlah hal baru. Bulan lalu, juru bicara militer Israel juga mengunggah sebuah video yang mencoba mengaitkan al-Sharif dengan kelompok tersebut, tetapi klaim itu telah dibantah secara tegas.

Sejak dimulainya agresi militer Israel di Gaza pada tahun 2023, lebih dari 200 jurnalis dan pekerja media telah kehilangan nyawa. Israel tidak hanya menargetkan jurnalis, tetapi juga keluarga dan kerabat mereka.

Insiden tragis ini menggugah perhatian internasional terhadap keamanan jurnalis yang melaporkan konflik di daerah rawan seperti Gaza. Setiap kehilangan nyawa jurnalis menjadi pukulan bagi kebebasan pers dan akses informasi di wilayah yang dilanda konflik ini.

Kematian al-Sharif dan tiga rekan jurnalisnya menambah daftar panjang korban yang jatuh akibat kekerasan di kawasan tersebut. Di tengah konflik yang berkepanjangan, angka kematian di kalangan jurnalis dan pelapor berita yang berusaha menyampaikan informasi kepada publik semakin mengkhawatirkan.

Para pemimpin organisasi jurnalis dan hak asasi manusia menyerukan penyelidikan independen atas serangan ini, menuntut pertanggungjawaban dari pihak yang bertanggung jawab. Kebutuhan untuk melindungi wartawan dan memberikan ruang aman bagi mereka dalam melaksanakan tugasnya menjadi semakin mendesak, terutama di titik krisis seperti yang terjadi saat ini di Gaza.