Internasional

Presiden Kolombia Mulai Negosiasi dengan Clan del Golfo, Geng Narkoba Terbesar di Negara Itu

Avatar photo
6
×

Presiden Kolombia Mulai Negosiasi dengan Clan del Golfo, Geng Narkoba Terbesar di Negara Itu

Sebarkan artikel ini

Kolombia Jalin Pembicaraan dengan Clan del Golfo, Geng Narkoba Terbesar di Negara Itu

Jakarta, CNN Indonesia — Presiden Kolombia, Gustavo Petro, baru-baru ini mengumumkan dimulainya pembicaraan dengan Clan del Golfo, organisasi penyelundup narkoba terbesar di Kolombia sekaligus salah satu produsen kokain terbesar di dunia. Ini menjadi langkah penting dalam upaya pemerintah dalam menangani masalah keamanan yang dihadapi negara itu.

Dalam pernyataannya pada acara yang berlangsung di Cordoba, yang berjarak sekitar 289 kilometer dari ibu kota Bogota, Petro mengungkapkan, “Kami telah memulai pembicaraan di luar Kolombia dengan kelompok yang menamakan diri Gaitanista Army.” Namun, ia tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai materi dan tujuan dari pembicaraan tersebut.

Clan del Golfo, yang sebelumnya merupakan kelompok paramiliter sayap kanan dengan sekitar 7.500 anggota, kini berupaya untuk diakui sebagai kelompok politik. Mereka menuntut perlakuan hukum yang setara dengan gerilyawan dan kelompok paramiliter lainnya, termasuk meminta keringanan hukuman dan perlindungan dari ekstradisi. Langkah ini sejalan dengan usulan kontroversial yang diajukan pemerintah Petro kepada kongres bulan lalu, yang memberikan sejumlah manfaat kepada kelompok kriminal sebagai imbalan atas diserahkan senjata mereka.

Sejak dilantik pada 2022, Presiden Petro telah berupaya untuk mengadakan negosiasi dengan berbagai kelompok bersenjata untuk mendorong perlucutan senjata. Namun, rencana tersebut kerap menemui kegagalan. Sekarang, pembicaraan dengan Clan del Golfo berlangsung di tengah situasi serius di mana penanaman obat-obatan terlarang di Kolombia mencapai rekor tinggi. Menurut perkiraan PBB, terdapat 253 ribu hektar lahan di Kolombia yang digunakan untuk produksi narkotika.

Langkah pemerintah ini tidak tanpa risiko. Clan del Golfo telah menjadi perhatian internasional setelah Presiden AS, Donald Trump, mengklasifikasikan kelompok ini sebagai organisasi teroris melalui sebuah perintah eksekutif. Selain itu, PBB juga mengecam tindakan kelompok ini yang mempekerjakan anak-anak secara paksa dalam operasi mereka.

Hubungan antara Kolombia dan Amerika Serikat, yang selama ini dikenal dekat dalam hal kerjasama keamanan, kini menunjukkan tanda-tanda memburuk. Kolombia berisiko kehilangan bantuan keuangan dari AS, terutama menjelang pembaruan sertifikasi sebagai sekutu dalam perang melawan narkoba yang dijadwalkan pada bulan September. Terpaan ketegangan ini semakin meningkat setelah Washington menarik diplomat tertingginya dari Bogota sebagai respons terhadap komentar yang dianggap merugikan.

Pada bulan sebelumnya, Petro sempat menuduh pihak-pihak di AS serta “ekstremis sayap kanan” berkolusi dalam upaya untuk menggulingkannya. Sementara itu, Trump juga menyerukan penggunaan kekuatan militer AS untuk menargetkan kartel narkoba di Amerika Latin yang dianggap sebagai organisasi teroris, termasuk Tren de Aragua dari Venezuela dan Kartel Sinaloa dari Meksiko.

Situasi ini mencerminkan kompleksitas masalah narkotika di Kolombia dan tantangan yang dihadapi oleh pemerintahan yang baru. Langkah Presiden Petro dalam melakukan pembicaraan dengan kelompok berisiko tinggi ini menjadi sorotan masyarakat domestik maupun internasional, saat Kolombia berupaya mencari solusi di tengah ancaman yang terus mengintai.