Musisi Internasional Boikot Spotify sebagai Protes Terhadap Investasi di Perusahaan Militer
Jakarta, CNN Indonesia – Sejumlah musisi internasional mengambil sikap tegas dengan memboikot platform streaming Spotify. Langkah ini diambil setelah CEO Spotify, Daniel Ek, melakukan investasi besar di Helsing, sebuah perusahaan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang terlibat dalam serangan militer, termasuk di Jalur Gaza, Palestina. Helsing, yang didirikan pada tahun 2021, mengembangkan perangkat lunak dan perangkat keras militer untuk meningkatkan efektivitas operasi tempur.
Helsing dikenal menggunakan teknologi AI untuk menganalisis data sensor dan sistem persenjataan, yang memungkinkan militer membuat keputusan secara real-time di lapangan. Misi perusahaan ini dinyatakan sebagai upaya untuk “melindungi nilai-nilai demokrasi dan masyarakat terbuka”. Namun, sejumlah musisi menilai bahwa keterlibatan perusahaan ini justru memperburuk situasi di Gaza, di mana banyak warga sipil menjadi korban dalam agresi militer Israel.
Salah satu musisi yang vokal dalam protes ini adalah Greg Saunier, pendiri band Deerhoof. Ia mengekspresikan kekecewaannya dengan menarik semua karya bandnya dari Spotify. “Setiap kali seseorang mendengarkan musik kami di Spotify, apakah itu berarti ada satu dolar lagi yang disedot untuk membuat semua yang telah kami saksikan di Gaza jadi lebih sering dan menguntungkan?” ungkap Saunier dalam wawancara dengan The Los Angeles Times.
Aksi boikot ini tidak hanya berhenti pada band Deerhoof. Band-band lain, termasuk Xiu Xiu dan Kalahari Oyster Cult, serta band rock asal Australia, King Gizzard & the Lizard Wizard, juga mengikuti jejak tersebut. Vokalis King Gizzard, Stu Mackenzie, menyatakan, “Saya tidak menganggap diri saya seorang aktivis, ini seperti keputusan untuk tetap setia pada diri sendiri. Kami menyadari bahwa kami tidak ingin musik kami ada di sana saat ini.”
Investasi yang dilakukan Daniel Ek di Helsing sebesar USD 700 juta (sekitar Rp 11,4 triliun) melalui perusahaan modal ventura Prima Materia, menjadi sorotan tajam. Ek juga menjabat sebagai ketua dewan Helsing. Banyak musisi menilai langkah ini sebagai pengalihan keuntungan dari industri seni ke industri militer, yang sangat bertentangan dengan semangat musik sebagai alat ekspresi damai.
Keluhan ini diperburuk oleh kritik yang lebih luas terhadap Spotify, yang telah lama dianggap memberikan royalti yang sangat rendah kepada para artis. Investasi besar di perusahaan militer seolah menambah daftar ketidakpuasan terhadap platform tersebut, di mana para seniman merasa diabaikan dalam hal kesejahteraan dan perlindungan hak cipta.
Keterlibatan Daniel Ek di Helsing menunjukkan gambaran yang lebih besar mengenai pengaruh industri teknologi dan senjata dalam konteks musik dan seni. Musisi-musika tersebut berusaha menegaskan bahwa tujuan seni harus tetap berfokus pada kedamaian dan solidaritas, terutama di saat-saat sulit seperti yang terjadi di Gaza.
Protes ini mencerminkan kekhawatiran mendalam di kalangan seniman tentang bagaimana dunia komersial dapat berkolaborasi, bahkan mendanai, aktivitas yang berpotensi menyebabkan penderitaan bagi masyarakat. Sebagai langkah berikutnya, banyak musisi berharap agar industri musik dapat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, tanpa terjerat dalam investasi yang kontroversial dan merugikan.