Berita

Kehadiran Dr. Zakir Naik di Malang: Kontroversi Menyongsong Kerukunan Umat Beragama

Avatar photo
14
×

Kehadiran Dr. Zakir Naik di Malang: Kontroversi Menyongsong Kerukunan Umat Beragama

Sebarkan artikel ini

Di tengah rencana yang menggembirakan untuk menggelar kuliah di Kota Malang, pendakwah asal India, Dr. Zakir Naik, justru menghadapi penolakan dari sejumlah kelompok masyarakat. Rencana tur Indonesia Lecture Tour 2025 yang dijadwalkan berlangsung di Stadion Gajayana pada 10 Juli 2025, kini menjadi sorotan hangat, terutama terkait dampaknya terhadap kerukunan antarumat beragama di wilayah tersebut.

Kelompok yang menolak kehadiran Zakir Naik, diwakili oleh Juru Bicara Arek Malang Bersuara (AMB), Abdul Aziz Masrib, mengungkapkan kekhawatiran mereka akan potensi provokasi yang kerap muncul dalam ceramah Dr. Naik. Menurut Aziz, rekam jejak Zakir Naik menunjukkan bahwa ia seringkali memicu ketegangan di kalangan masyarakat, dan hal ini dinilai tidak sejalan dengan semangat keberagaman yang telah terjalin di Indonesia.

“Kita semua tahu bahwa setiap ceramah beliau sering kali mengundang provokasi yang tidak diinginkan,” ungkap Aziz dalam pernyataannya kepada wartawan di DPRD Kota Malang. Ia menambahkan bahwa gaya ceramah Zakir Naik berbeda jauh dengan pendekatan yang biasa ditemui di kalangan ulama Indonesia, yang lebih mengedepankan toleransi dan saling pengertian.

Kota Malang dikenal sebagai daerah yang kaya akan kerukunan antarumat beragama, dan kehadiran Zakir Naik dianggap dapat merusak harmoni yang telah dibangun selama ini. “Kita harus menjaga dan melestarikan kerukunan ini, yang sudah terjalin lama,” tegas Aziz, menggarisbawahi pentingnya menjaga nilai-nilai toleransi di kota tersebut.

Sebagai bentuk protes, kelompok yang menolak kehadiran Zakir Naik juga telah menyampaikan aspirasi mereka langsung kepada DPRD Kota Malang. Menyikapi hal ini, para wakil rakyat menyatakan bahwa mereka akan berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan panitia acara untuk mencari solusi terbaik.

Abdul Aziz, mewakili AMB, menegaskan bahwa mereka tidak berniat melakukan tindakan radikal jika suara mereka tidak diakomodasi. “Tujuan kami hanya menyampaikan pandangan bahwa sosok Zakir Naik tidak cocok untuk Kota Malang,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa jika rencana acara tetap dilanjutkan, mereka akan tetap menghormati keputusan tersebut tanpa melakukan aksi protes.

Sementara itu, anggota Komisi A DPRD Kota Malang, Harvard Kurniawa, mengakui adanya penyampaian aspirasi dari AMB. “Kami tidak melarang siapa pun yang ingin hadir, tapi semua harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila,” ujarnya, menekankan pentingnya menjaga keselarasan dalam keragaman yang ada.

Penolakan terhadap kedatangan Dr. Zakir Naik di Kota Malang menjadi cermin dari dinamika masyarakat yang peduli akan nilai-nilai toleransi dan kerukunan. Seiring dengan waktu yang semakin mendekat menuju acara, semua pihak diharapkan dapat menemukan jalan tengah yang menjaga harmoni di tengah keragaman budaya dan agama di Indonesia.