Ketua DPP PDIP Kenang Kebangkitan Ekonomi Melalui Sosok Kwik Kian Gie
Jakarta – Ketua DPP PDI Perjuangan, Said Abdullah, menyampaikan duka yang mendalam atas berpulangnya ekonom senior sekaligus tokoh bangsa, Kwik Kian Gie. Dalam pernyataannya, Said menggambarkan Kwik sebagai sosok idealis dan nasionalis sejati yang prinsipnya tidak pernah berubah, baik dalam maupun luar kekuasaan.
“Selamat jalan guru bangsa, Kwik Kian Gie. Kita kehilangan ekonom yang gigih dan selalu menyuarakan idealisme hingga akhir hayat,” ungkap Said Abdullah dalam keterangan resminya pada Selasa (29/7/2025).
Kwik Kian Gie dikenal luas oleh masyarakat sebagai tokoh yang selalu kritis terhadap arah kebijakan ekonomi Indonesia. Kisah pertemuan pertama Said dengan Kwik terjadi di tahun 1988 saat keduanya menghadiri rapat koordinasi PDIP di Jawa Timur. Saat itu, Kwik yang menjabat sebagai Ketua Balitbangpus DPP PDIP sudah dikenal dengan suara kerasnya dalam mengkritik kebijakan ekonomi yang dinilai merugikan.
“Ekonomi kita semuanya impor. Kita hanya menjadi bangsa perakit,” kenang Said, mengutip pernyataan Kwik yang penuh kritik terhadap kebijakan ekonomi yang dianggap kurang mendukung kemandirian bangsa.
Latar belakang pernyataan tersebut menjadi semakin relevan ketika diingatkan pada kondisi ekonomi Indonesia yang saat ini masih bergantung pada barang impor. Dalam konteks ini, pembelajaran dari pemikiran Kwik Kian Gie menjadi penting bagi masyarakat dan pengambil kebijakan saat ini.
Said juga menyoroti sikap tegas Kwik ketika menghadapi krisis moneter pada tahun 1997/1998. Meskipun pandangannya berseberangan dengan sejumlah menteri, Kwik tetap menolak skema penyelesaian utang ala IMF yang dinilai menguntungkan pihak asing tetapi merugikan negara. “Pak Kwik kalah dalam keputusan ini, namun beliau tetap berdiri dengan kepala tegak,” kenang Said.
Pemikiran kritis dan berani Kwik Kian Gie menjadi cerminan sikap yang sangat dibutuhkan di era sekarang. Dalam situasi di mana banyak suara masyarakat seringkali terabaikan, sikap tegasnya untuk menghargai kemandirian ekonomi menjadi pelajaran berharga.
Kwik tidak hanya dikenal sebagai ekonom ulung, tetapi juga sebagai sosok yang berani memperjuangkan apa yang diyakininya betul meski harus berhadapan dengan penguasa. “Pikiran-pikiran Pak Kwik selalu bernas dan kritis, baik dalam bidang ekonomi maupun politik. Dalam kondisi apapun, sikap politik dan kepribadiannya tidak pernah tergoyahkan,” imbuh Said.
Kehilangan sosok seperti Kwik Kian Gie menjadi duka bagi seluruh elemen bangsa. Masyarakat diharapkan dapat meneruskan semangat dan gagasan yang dibawanya. Sebagai bangsa yang sedang menjalani transformasi, penting bagi rakyat untuk terus mendorong idealisme dan kemandirian dalam pembangunan ekonomi.
Dengan berpulangnya Kwik Kian Gie, tidak hanya satu suara kritis yang hilang, tetapi juga sebuah pelajaran tentang pentingnya keberanian untuk mengemukakan pendapat demi kepentingan bangsa dan negara. Semoga warisan pemikiran dan sikapnya dapat terus memberi inspirasi bagi generasi penerus.