Olahraga

Skandal Naturalisasi: Sekjen FAM Malaysia Diskors Usai Bertemu Presiden FIFA di KTT ASEAN

Avatar photo
4
×

Skandal Naturalisasi: Sekjen FAM Malaysia Diskors Usai Bertemu Presiden FIFA di KTT ASEAN

Sebarkan artikel ini

Skandal Naturalisasi Terus Memanas, Sekjen FAM Diskors Usai Bertemu Presiden FIFA

JAKARTA – Kontroversi seputar skandal naturalisasi di sepakbola Malaysia semakin memanas. Sekretaris Jenderal Asosiasi Sepakbola Malaysia (FAM), Datuk Noor Azman Rahman, kembali diskors terkait dugaan pelanggaran dalam proses naturalisasi pemain. Diskorsnya Noor Azman terjadi di tengah situasi yang mendesak, di mana intelektual pengawasan independen tengah menyelidiki skandal ini.

Pertemuan Noor Azman dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino, berlangsung pada KTT ASEAN ke-47 di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Minggu (26/10/2025). Dalam acara tersebut, Infantino menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan Sekretaris Jenderal ASEAN, Dr. Kao Kim Hourn, mengenai ASEAN Cup, sebuah kompetisi baru di wilayah Asia Tenggara. Meski kehadiran Noor Azman dalam acara tersebut menimbulkan banyak pertanyaan, Wakil Presiden FAM, Datuk S Sivasundaram, menyatakan bahwa skorsing Noor Azman bertujuan untuk memberikan ruang bagi tim independen menyelesaikan investigasi yang sedang berlangsung.

Skandal naturalisasi ini terungkap ketika tujuh pemain Tim Nasional Malaysia kedapatan menggunakan dokumen palsu untuk proses naturalisasi. Sebagai konsekuensinya, FIFA menjatuhkan sanksi kepada FAM, termasuk denda sebesar 350 ribu Swiss Franc, atau setara dengan Rp 7,3 miliar. Selain itu, tujuh pemain yang terlibat juga dikenakan larangan beraktivitas selama 12 bulan, mulai 26 September, dan harus membayar denda tambahan sebesar 2.000 Swiss Franc, setara Rp 41 juta. Proses banding terhadap sanksi ini sudah diajukan, namun FIFA hingga kini belum memberikan keputusan lebih lanjut.

Kehadiran Noor Azman di KTT ASEAN ke-47 dan pertemuannya dengan Infantino menjadi bahan perbincangan hangat di kalangan masyarakat Malaysia. Banyak yang merasa bahwa langkah tersebut hanya semakin mencoreng reputasi FAM yang sudah tercoreng akibat skandal ini. Meski ada sumber yang menyatakan bahwa Noor hadir dalam kapasitas pribadi, bukan sebagai perwakilan dari FAM, hal ini tetap tidak dapat diterima oleh publik.

Dalam situasi ini, penting untuk memberikan perhatian lebih terhadap tata kelola dan transparansi dalam pengelolaan olahraga di Malaysia. Komunitas sepakbola lokal mendesak agar pihak berwenang segera menuntaskan penyelidikan dan mengambil langkah tegas untuk memulihkan integritas olahraga yang telah ternoda.

FAM harus mampu bertindak tegas dalam menanggapi skandal ini dan memastikan bahwa ke depannya, kejadian serupa tidak terulang. Langkah-langkah preventif dan sistem pengawasan yang ketat diperlukan guna menjaga kepercayaan publik terhadap organisasi sepakbola di Malaysia.

Dengan masalah ini yang belum sepenuhnya teratasi dan kepastian dari FIFA yang belum ada, masa depan sepakbola Malaysia tampaknya masih suram. Hal ini menjadi tantangan tidak hanya bagi FAM tetapi juga bagi seluruh pemangku kepentingan di dunia olahraga Malaysia. Integritas dan transparansi menjadi kunci penting untuk membangun kembali reputasi yang telah hilang.