Israel Dituduh Teruskan Genosida dan Pendudukan di Palestina
Istanbul—Rencana Israel untuk mencaplok Tepi Barat dan serangan terbaru di Jalur Gaza dipandang sebagai indikasi bahwa negara tersebut tidak memiliki itikad untuk mengejar perdamaian. Direktur Komunikasi Turki, Burhanetin Duran, menyatakan hal tersebut pada Selasa (28/10) melalui media sosial.
Duran menegaskan bahwa tindakan Israel mencerminkan niatnya untuk melanjutkan pendudukan dan melakukan genosida, serta menunjukkan bahwa negara tersebut merupakan ancaman bagi stabilitas dan perdamaian di kawasan Timur Tengah. Ia juga menyerukan masyarakat global untuk mengutuk kebijakan Israel yang mengarah pada genosida.
“Turki akan selalu mendukung perjuangan Palestina dan berdiri di garis depan melawan segala bentuk penindasan. Kami akan terus menjadi suara bagi mereka yang tertindas, demi keadilan dan kemanusiaan,” kata Duran.
Serangan terbaru yang dilancarkan oleh tentara Israel berupa rentetan serangan udara dan artileri di Jalur Gaza terjadi setelah perintah dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Perintah ini dikeluarkan dengan alasan dugaan pelanggaran gencatan senjata yang dilakukan oleh kelompok Hamas. Perjanjian gencatan senjata sendiri telah diberlakukan sejak 10 Oktober lalu, sejalan dengan rencana perdamaian yang diusulkan oleh mantan Presiden AS, Donald Trump. Rencana tersebut mencakup pertukaran sandera dan tahanan serta program rekonstruksi di Gaza.
Sementara itu, pekan lalu, parlemen Israel mengambil langkah kontroversial dengan meloloskan pemungutan suara awal terhadap rancangan undang-undang yang akan memaksakan kedaulatan Israel atas wilayah pendudukan di Tepi Barat. Tindakan ini mendapat kecaman dari banyak pihak, termasuk Amerika Serikat.
Kondisi di Gaza terus memprihatinkan, dengan serangan yang tak kunjung reda. Dampaknya, kehidupan masyarakat sipil menjadi semakin sulit, di tengah upaya pencarian solusi damai yang kian rumit. Duran menekankan pentingnya masyarakat internasional untuk memberikan dukungan kepada rakyat Palestina yang tengah berjuang melawan penindasan.
Senjata, konflik berkelanjutan, dan kegagalan diplomasi menjadi tantangan besar untuk mencapai perdamaian yang berkepanjangan di kawasan tersebut. Berbagai upaya untuk meraih kesepakatan damai seringkali terhalang oleh aksi-aksi kekerasan dan ketidakpercayaan antara kedua belah pihak.
Meskipun perjanjian gencatan senjata telah diteken, ketegangan di kawasan tetap tinggi. Masyarakat internasional memantau situasi tersebut dengan penuh kecemasan, berharap agar negosiasi bisa kembali dibuka untuk menyelesaikan konflik yang berkepanjangan ini.
Dengan latar belakang dinamika yang rumit ini, posisi Turki sebagai pendukung Palestina semakin terlihat jelas. Melalui berbagai pernyataan resmi, pemerintah Turki menunjukkan komitmennya untuk mengadvokasi hak-hak rakyat Palestina di berbagai forum internasional.
Ketegangan yang terus meningkat, baik di Jalur Gaza maupun Tepi Barat, memaksa masyarakat dunia untuk lebih peka terhadap dinamika konflik tersebut dan mendorong upaya lebih lanjut untuk membangun jalan menuju perdamaian yang berkelanjutan.









