Internasional

Trump Pertimbangkan Pemilihan 2028, Namun Terkendala Konstitusi AS

Avatar photo
5
×

Trump Pertimbangkan Pemilihan 2028, Namun Terkendala Konstitusi AS

Sebarkan artikel ini

Isu Pilpres 2028: Ketua DPR AS Tanggapi Keinginan Trump untuk Maju Kembali

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat, Mike Johnson, mengungkapkan pandangannya terkait potensi Presiden Donald Trump untuk mencalonkan diri kembali pada pemilihan presiden 2028. Johnson menyatakan bahwa Trump menyambut baik wacana tersebut, meskipun ia menyadari adanya batasan konstitusi yang tidak memungkinkan presiden menjabat lebih dari dua periode.

Dalam keterangan yang diberikan kepada wartawan pada Selasa (28/10), Johnson mengatakan, “Trump 2028 adalah salah satu ide yang paling populer saat ini dan dia merasa senang dengan hal itu, terutama untuk mengejek Partai Demokrat yang sangat khawatir dengan kemungkinan tersebut.” Meskipun ada antusiasme dari Trump, Johnson menegaskan bahwa tidak ada mekanisme yang dapat mengubah aturan konstitusi yang sudah ada.

Sebagaimana diatur dalam amandemen ke-22 konstitusi AS, seorang presiden dilarang untuk menjabat lebih dari dua kali. Sebelumnya, Trump telah menjabat sebagai presiden dari tahun 2017 hingga 2021, sehingga jika ia ingin maju pada pemilihan mendatang, harus ada upaya untuk memodifikasi konstitusi, sebuah proses yang diakui Johnson memerlukan waktu yang panjang dan rumit.

Lebih lanjut, Johnson menjelaskan, “Saya tidak melihat cara untuk mengubah konstitusi, karena prosesnya sangat panjang; kita membutuhkan sekitar 10 tahun untuk meratifikasinya, dengan persetujuan dua pertiga anggota DPR dan tiga perempat negara bagian.” Penjelasan ini menunjukkan tantangan besar yang dihadapi dalam upaya amandemen konstitusi.

Dalam pernyataan terpisah, Trump, saat ditanya mengenai kemungkinan mencalonkan diri pada pemilihan presiden mendatang, menunjukkan ketertarikan yang tinggi. “Saya ingin sekali melakukannya. Saya memiliki pencapaian terbaik yang pernah saya miliki,” ungkapnya. Pernyataan tersebut menggambarkan keyakinan Trump terhadap rekam jejak kepemimpinannya meskipun harus menghadapi batasan yang telah ditetapkan.

Isu ini menjadi hangat di tengah dinamika politik di Amerika Serikat, di mana Partai Republik dan Partai Demokrat saling berhadapan dalam berbagai isu strategis. Popularitas Trump di kalangan pendukungnya semakin memunculkan kemungkinan bahwa ia akan tetap menjadi sosok sentral dalam percaturan politik mendatang. Namun, tantangan konstitusi tetap menjadi penghalang utama bagi ambisi politiknya.

Dengan konteks dan dinamika politik yang terus berubah, baik pendukung maupun penentang akan terus memantau langkah-langkah Trump dan bagaimana hal ini bisa memengaruhi jalan menuju pemilihan presiden di masa depan. Johnson menekankan pentingnya pemahaman yang jelas terhadap konstitusi yang ada, khususnya dalam mengatasi isu-isu yang rumit dan berimplikasi luas seperti ini.

Hal ini juga mengingatkan kita bahwa perubahan nyata di dalam sistem politik membutuhkan konsensus yang kuat dan proses yang transparan, agar tidak mengganggu stabilitas yang telah dibangun oleh negara selama ini.