Proyeksi IHSG Temukan Rekor Baru di Akhir 2025
Jakarta – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memprediksi bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan mencapai rekor baru di angka 9.000 pada akhir tahun 2025. Proyeksi ini disampaikan Purbaya dalam acara “Sarasehan 100 Ekonom Indonesia” di Jakarta pada Selasa lalu.
“Untuk akhir tahun ini, saya perkirakan IHSG akan mencapai 9.000. Dalam jangka waktu sepuluh tahun ke depan, bisa jadi angkanya mencai 32.000,” ujarnya. Purbaya menegaskan bahwa prediksinya bukan sekadar spekulasi, melainkan berdasarkan analisis tren historis dalam dua dekade terakhir. Menurutnya, indeks harga saham dapat tumbuh empat hingga lima kali lipat selama siklus bisnis.
Lebih lanjut, Purbaya menyatakan keyakinan bahwa perilaku tren ini tidak akan berubah. “Saya bukan meramal tanpa dasar. Ini adalah analisis ekonomi yang didukung oleh persamaan matematis,” tegasnya.
Keyakinan tersebut berakar pada kondisi IHSG saat ini, yang berada di level 8.000. Meskipun sebelumnya banyak prediksi yang meramalkan penurunan tajam, investor terus aktif menganalisis kebijakan pemerintah serta arahan dari Menteri Keuangan untuk menentukan portofolio saham mereka. Ia pun berupaya menanamkan optimisme kepada para investor. “Saya selalu mengatakan, IHSG akan melesat, menciptakan suasana optimis,” tambahnya.
Sebagai informasi, pada penutupan pasar saham Selasa sore, IHSG tercatat melemah 24,52 poin atau 0,30 persen menjadi 8.092,63. Sementara itu, indeks LQ45 yang terdiri dari 45 saham unggulan, turun 1,92 poin atau 0,23 persen menjadi 822,61.
IHSG dibuka dengan penguatan, namun berbalik arah dan melemah hingga penutupan sesi perdagangan. Pada sesi kedua, IHSG tetap berada di zona merah. Mengacu pada Indeks Sektoral IDX-IC, empat sektor mengalami penguatan, dengan sektor properti menunjukkan kenaikan tertinggi sebesar 3,28 persen. Sektor kesehatan dan teknologi masing-masing naik sebesar 2,65 persen dan 1,65 persen. Di sisi lain, tujuh sektor lainnya mengalami penurunan, di mana sektor industri tercatat turun paling dalam sebesar 1,00 persen, diikuti sektor barang konsumen primer dan keuangan, yang masing-masing turun 0,89 persen dan 0,69 persen.
Faktor eksternal yang kemungkinan memengaruhi pergerakan IHSG adalah pertemuan antara Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dan Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, yang tengah diamati oleh investor. Dari dalam negeri, koreksi harga komoditas emas berdampak pada profit taking oleh investor pada saham-saham yang berbasis komoditas emas. Selain itu, melemahnya beberapa saham blue chips dan koreksi pada saham konglomerasi juga memberikan tekanan pada indeks.
Dengan berbagai dinamika yang terjadi, tetap menjadi perhatian apakah proyeksi optimistis Menteri Keuangan dapat terwujud, serta bagaimana langkah-langkah yang akan diambil oleh investor ke depan untuk menghadapi kondisi pasar yang berfluktuasi ini.









