Internasional

PM China Li Qiang Mengecam Unilateralisme AS di KTT ASEAN

Avatar photo
8
×

PM China Li Qiang Mengecam Unilateralisme AS di KTT ASEAN

Sebarkan artikel ini

Perdana Menteri China Li Qiang Kritik Praktik Unilateralisme AS di KTT ASEAN

Perdana Menteri China, Li Qiang, mengecam praktik unilateralisme yang diterapkan Amerika Serikat dalam kebijakan ekonominya. Dalam pidato di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang berlangsung di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Senin (21/10), Li menegaskan bahwa dunia tidak boleh kembali ke era “hukum rimba” di mana yang kuat menindas yang lemah, terutama dalam bidang perdagangan.

Li menyatakan, “Globalisasi ekonomi dan multipolaritas dunia adalah hal yang tidak dapat diubah.” Pernyataan ini muncul di tengah ketegangan perdagangan antara AS dan China, menyusul kebijakan tarif yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump terhadap sejumlah negara, terutama China, sejak awal tahun ini.

Lebih jauh, Li menyoroti maraknya proteksionisme yang dapat menimbulkan risiko besar bagi kawasan Asia. Dia mendesak negara-negara untuk berkomitmen lebih kuat terhadap sistem perdagangan bebas global demi stabilitas ekonomi dunia.

Sementara itu, menjelang pertemuan antara Trump dan Presiden Xi Jinping yang dijadwalkan berlangsung di Korea Selatan pada Kamis mendatang, angin positif mulai berhembus. Trump, saat melakukan perjalanan ke Jepang, menyatakan optimisme untuk mencapai kesepakatan perdagangan dengan Xi.

Dalam konteks tersebut, AS dan China dilaporkan telah mencapai kerangka perjanjian dagang saat KTT ASEAN berlangsung. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengungkapkan bahwa kesepakatan ini akan menghapus ancaman penerapan tarif sebesar 100% terhadap impor dari China, yang rencananya berlaku mulai 1 November. Selain itu, kesepakatan tersebut juga mencakup perjanjian final mengenai penjualan aplikasi TikTok di AS.

Negosiator utama perdagangan China, Li Chenggang, menekankan bahwa kedua belah pihak telah mencapai “konsensus awal” dan kini harus menjalani proses persetujuan internal di masing-masing negara. “Sikap Amerika Serikat sangat tegas,” katanya seperti dikutip dari The Guardian. Ia menambahkan, “Kami telah melalui proses konsultasi yang sangat intens dan melakukan pertukaran pandangan yang konstruktif untuk mencari solusi dan pengaturan guna mengatasi berbagai kekhawatiran.”

KTT ASEAN di Kuala Lumpur ini bukan hanya menjadi panggung bagi pembahasan isu regional, tetapi juga kesempatan bagi pemimpin dunia untuk membahas isu-isu penting yang dapat memengaruhi stabilitas ekonomi global. Dengan latar belakang hubungan yang kian memanas antara AS dan China, pidato Li Qiang memberikan gambaran jelas mengenai posisi dan harapan China dalam menghadapi tantangan global kedepannya.

Secara keseluruhan, pernyataan yang disampaikan oleh Li Qiang ini menggarisbawahi urgensi bagi negara-negara di kawasan, termasuk Indonesia, untuk memperkuat kerja sama dan komitmen terhadap perdagangan bebas demi menghindari dampak negatif dari kebijakan perekonomian yang tidak adil. Peringatan ini sangat relevan di tengah meningkatnya ketegangan internasional yang sering kali berpotensi mengganggu stabilitas regional.

Dengan harapan bahwa pertemuan mendatang antara Trump dan Xi Jinping dapat membawa solusi konstruktif bagi kedua negara, dunia menanti langkah-langkah selanjutnya dalam upaya menyelesaikan konflik perdagangan ini.