Nasional

Militer Venezuela Siaga Hadapi Armada Laut AS di Karibia

Avatar photo
8
×

Militer Venezuela Siaga Hadapi Armada Laut AS di Karibia

Sebarkan artikel ini

Venezuela Siaga Hadapi Pengerahan Armada Laut AS di Karibia

Bogotá, Kolombia – Militer Venezuela telah dinyatakan dalam keadaan siaga penuh di sepanjang garis pantai, menyusul pengerahan armada laut Angkatan Bersenjata Amerika Serikat di Laut Karibia. Menteri Pertahanan Venezuela, Vladimir Padrino Lopez, mengumumkan hal ini pada Kamis, menegaskan bahwa langkah ini merupakan respon terhadap potensi ancaman dari AS.

Padrino Lopez menjelaskan, kesiapan militer tersebut melibatkan berbagai operasi pengintaian di darat, pengawasan udara, penggunaan drone, serta manuver amfibi di wilayah pesisir. Pengumuman itu disampaikan sehari setelah Presiden Nicolás Maduro memperingatkan bahwa Venezuela memiliki lebih dari 5.000 rudal anti-pesawat Igla-S buatan Rusia, yang dianggapnya sebagai salah satu senjata paling canggih di dunia.

Dalam pernyataannya, Maduro menegaskan pentingnya persiapan ini untuk menjaga “perdamaian, stabilitas, dan ketenangan” bagi rakyat Venezuela. Ia juga menambahkan bahwa negara ini menggunakan teknologi simulasi canggih untuk melatih ribuan operator Igla-S, dengan tujuan menjadikan wilayahnya sebagai “tanah air yang tak bisa ditembus.”

Kondisi ini mencuat di tengah memperketatnya pengerahan militer AS di Karibia. Pemerintah Venezuela memandang tindakan tersebut sebagai ancaman langsung yang berpotensi memicu “perubahan rezim.” Namun, pihak AS menyebut operasi ini sebagai langkah pemberantasan narkotika yang berfokus pada dugaan perdagangan narkoba dari Amerika Selatan—klaim yang dibantah keras oleh pemerintah Venezuela.

Ketegangan ini juga mendapat respons dari Presiden Kolombia, Gustavo Petro. Dalam konferensi pers pada Kamis, Petro menyatakan bahwa setiap tindakan militer AS yang dilakukan di wilayah Kolombia dengan dalih memerangi perdagangan narkoba akan dianggap sebagai invasi dan pelanggaran kedaulatan nasional. Pernyataan ini muncul setelah laporan mengenai izin operasi darat yang dikeluarkan oleh Presiden AS, Donald Trump.

Petro juga mengutuk serangan AS terbaru terhadap kapal yang diduga mengangkut narkoba, yang dilaporkan menewaskan sekitar 30 orang. Insiden tersebut merupakan serangan semacam itu yang pertama kali terjadi di Samudra Pasifik, mengundang kritik internasional.

Kementerian Luar Negeri Kolombia pun mengeluarkan pernyataan resmi yang mengecam manuver tersebut, mendesak pemerintah AS untuk menghentikan serangan dan menghormati hukum internasional.

Ketegangan di kawasan tersebut semakin meningkat, menyusul langkah-langkah militer yang dikeluarkan oleh kedua belah pihak. Dalam situasi yang semakin kompleks ini, berbagai perhatian dari komunitas internasional ditujukan pada potensi konflik yang dapat terjadi di kawasan Karibia, yang berhubungan erat dengan masalah perdagangan narkoba dan dinamika politik yang berkelanjutan di Venezuela dan sekitarnya.

Sebagai penutup, penting untuk terus memantau perkembangan situasi ini, mengingat potensi dampaknya terhadap stabilitas regional dan keamanan internasional.