Nasional

Mendukbangga Ajak Perkuat Ketahanan Keluarga di Batam untuk Cegah Perceraian

Avatar photo
8
×

Mendukbangga Ajak Perkuat Ketahanan Keluarga di Batam untuk Cegah Perceraian

Sebarkan artikel ini

Menteri Wihaji Imbau Penguatan Ketahanan Keluarga di Batam

Batam, Kepulauan Riau – Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Wihaji, mendorong perlunya penguatan ketahanan keluarga, terutama di kalangan balita dan anak-anak, demi mencegah permasalahan yang berpotensi menimbulkan perceraian. Pernyataan ini disampaikan Wihaji dalam kunjungannya ke Batam, Jumat (24/10).

Dalam konferensi persnya, Wihaji menegaskan bahwa penting untuk memahami akar penyebab permasalahan dalam keluarga. Hal ini menjadi krusial, terutama mengingat tingginya angka perceraian di Batam. Berdasarkan data dari Pengadilan Agama Batam, tercatat 2.270 kasus perceraian sepanjang tahun 2024, yang terdiri dari 517 cerai talak dan 1.753 cerai gugat. Di awal tahun 2025, angka ini cenderung meningkat, dengan 690 perkara perceraian terdaftar hingga April, rata-rata 172 kasus setiap bulan.

Wihaji menyatakan bahwa di setiap kantor perwakilan daerah, telah tersedia layanan konsultasi yang bertujuan untuk membantu pasangan dalam mengatasi masalah keluarga sebelum merenggang. “Apapun peristiwanya harus dicek sebabnya,” ujar Wihaji. Dengan mengetahui penyebab masalah, pihaknya dapat memberikan solusi yang tepat.

Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dalam kerjasamanya dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), menawarkan berbagai layanan pembinaan keluarga. Konsultasi ketahanan keluarga yang ada di kantor perwakilan menjadi salah satu upaya preventif untuk mencegah terjadinya perceraian. “Masa-masa kritis seperti ini menjadi fokus penanganan kita,” tambah Wihaji.

Dalam rangka meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya ketahanan keluarga, Kementerian juga mendorong masyarakat untuk memanfaatkan layanan konsultasi yang disediakan. Wihaji menekankan bahwa dengan komunikasi yang baik dan pemahaman yang mendalam, berbagai masalah dalam keluarga bisa diatasi.

Pendidikan mengenai ketahanan keluarga juga dianggap sangat penting, terutama dalam membangun generasi masa depan yang kuat. Dalam konteks ini, Wihaji menjelaskan bahwa pendekatan berbasis keluarga tidak hanya memperkuat hubungan antar pasangan, tetapi juga menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak-anak.

Sebagai tambahan, aktivitas di pusat-pusat pendidikan dan lembaga sosial juga diharapkan dapat bersinergi dalam upaya meningkatkan ketahanan keluarga. Wihaji mengajak berbagai pihak, termasuk tokoh masyarakat dan organisasi non-pemerintah, untuk bersama-sama berkontribusi menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan harmonis.

Dengan upaya kolaboratif dan peningkatan kesadaran akan pentingnya ketahanan keluarga, diharapkan angka perceraian dapat ditekan serta penguatan struktur sosial dapat terwujud, demi masa depan generasi yang lebih baik.