Internasional

Negara Eropa Minta Warga Siapkan Persediaan Makanan Hadapi Ancaman Konflik

Avatar photo
8
×

Negara Eropa Minta Warga Siapkan Persediaan Makanan Hadapi Ancaman Konflik

Sebarkan artikel ini

Warga Eropa Diminta Siapkan Persediaan Makanan Menghadapi Ancaman Konflik

Jakarta, CNN Indonesia — Beberapa negara di Eropa mengeluarkan seruan bagi warganya untuk mempersiapkan persediaan makanan dan logistik seiring dengan meningkatnya kemungkinan terjadinya konflik bersenjata akibat perang Rusia-Ukraina. Seruan ini merupakan respons terhadap berbagai tantangan geopolitik, termasuk sabotase infrastruktur dan peperangan elektronik.

Negara-negara yang kini berada dalam siaga tinggi ini telah merumuskan panduan bagi warganya untuk menghadapi kemungkinan krisis. Dalam panduan tersebut, salah satunya datang dari Jerman, yang untuk pertama kalinya dalam 35 tahun terakhir mengeluarkan peringatan mengenai kemungkinan perang. Kantor Federal Perlindungan Sipil dan Bantuan Bencana Jerman (BBK) menerbitkan dokumen berjudul “Bersiap Menghadapi Krisis dan Bencana”. Dokumen ini mendesak warga untuk menyetok bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan selama 3-10 hari jika situasi genting muncul.

BBK merinci apa saja yang perlu disiapkan, antara lain delapan peti air, 20 kaleng sayuran seberat 800 gram, 12 kaleng buah, serta produk lain seperti susu, minyak goreng, telur, dan daging. Tindakan ini diambil sebagai langkah antisipasi terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh perang di Ukraina dan ketegangan yang lebih luas di Eropa.

Inggris juga tidak ketinggalan. Pemerintah Inggris mengimbau semua rumah tangga untuk menimbun makanan kaleng, air, obat-obatan, serta kebutuhan hewan peliharaan. Pemberitahuan ini menyoroti kemungkinan konflik yang dapat berdampak pada pasokan energi dan pangan. Mantan Menteri Pertahanan Inggris, Tobias Ellwood, menyatakan bahwa Inggris harus “bangun dan mulai bersiap” menghadapi kemungkinan “serangan zona abu-abu” yang dapat menciptakan gangguan besar.

Di Swedia, yang merupakan anggota baru Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), pemerintah meluncurkan inisiatif cadangan pangan nasional pertama sejak Perang Dingin. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan nasional, dengan alokasi dana sebesar 575 juta kronor (sekitar Rp998 miliar) untuk penyimpanan biji-bijian darurat. Keputusan ini diambil setelah adanya peringatan dari negara-negara timur NATO tentang potensi ancaman keamanan dari Rusia.

Uni Eropa juga aktif menghadapi tantangan ini. Pada Maret lalu, mereka merilis dokumen sepanjang 18 halaman yang mendorong warga untuk bersiap menghadapi realitas baru akibat konflik yang terjadi. Uni Eropa menyarankan agar warganya menimbun makanan dan logistik penting untuk persiapan selama 72 jam. Dalam dokumen tersebut, ditekankan bahwa periode awal adalah saat yang paling kritis dalam menghadapi situasi darurat.

Presiden Uni Eropa, Ursula von der Leyen, menegaskan perubahan pola pikir yang diperlukan di Eropa untuk mengembangkan budaya kesiapsiagaan. Ia menekankan pentingnya memasukkan pelajaran kesiapsiagaan dalam kurikulum sekolah, serta membekali pelajar dengan keterampilan untuk melawan disinformasi.

Keputusan berbagai negara di Eropa untuk meningkatkan kesiapsiagaan ini menunjukkan keseriusan dalam menghadapi ketidakpastian yang ada. Dengan basan yang saling mendukung, langkah-langkah ini diharapkan dapat melindungi warganya dan mengurangi dampak dari situasi krisis yang mungkin terjadi.