Internasional

Sanae Takaichi Resmi Jadi Perdana Menteri Perempuan Pertama Jepang

Avatar photo
10
×

Sanae Takaichi Resmi Jadi Perdana Menteri Perempuan Pertama Jepang

Sebarkan artikel ini

Sanae Takaichi Resmi Menjadi Perdana Menteri Jepang Pertama Perempuan

Jakarta, CNN Indonesia – Sanae Takaichi, seorang politikus dari kalangan ultra-konservatif, resmi menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang setelah memenangkan pemungutan suara di parlemen pada Selasa, 21 Oktober 2025. Kemenangan ini menjadikannya sebagai perempuan pertama yang memimpin negara sakura tersebut.

Takaichi, yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Urusan Dalam Negeri dan Komunikasi, berhasil mengalahkan kandidat lainnya dalam pemilihan yang berlangsung di Diet, majelis parlemen Jepang. Dengan dukungan dari Partai Liberal Demorkat (LDP) yang dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Fumio Kishida, Takaichi mendapatkan kepercayaan penuh untuk memimpin Jepang di tengah berbagai tantangan, termasuk pemulihan ekonomi pascapandemi dan masalah demografi yang terus membayangi.

Dalam pidato pertamanya setelah terpilih, Takaichi menekankan pentingnya memperkokoh pertahanan negara serta memperkuat hubungan bilateral dengan negara-negara sahabat. “Saya akan bekerja keras untuk memastikan keamanan dan kesejahteraan Jepang serta meningkatkan posisi kita di panggung internasional,” ujarnya dengan penuh semangat.

Kemenangan Takaichi juga dianggap sebagai simbol perubahan dalam arena politik Jepang yang terbilang konservatif. Tokoh politik dan publik yang sebelumnya skeptis mengenai peran perempuan dalam posisi kekuasaan kini menyambut baik langkah besar ini. Posisinya sebagai pemimpin diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak perempuan untuk terlibat dalam politik dan pemerintahan.

Sanae Takaichi lahir pada 4 Juli 1961 di Kota Yamaguchi. Ia menempuh pendidikan di Universitas Nara Gakuin dan kemudian melanjutkan studi di Universitas Waseda. Karir politiknya dimulai sebagai anggota parlemen pada 2005 yang kemudian membawanya ke berbagai jabatan strategis dalam pemerintahan. Selama menjadi Menteri Urusan Dalam Negeri dan Komunikasi, ia dikenal sebagai sosok yang gigih memperjuangkan isu keamanan dan reformasi sistem informasi.

Meskipun terpilih sebagai Perdana Menteri, Takaichi harus menghadapi sejumlah tantangan serius. Di antaranya adalah pertumbuhan ekonomi yang lemah, tingginya angka pengangguran, dan masalah populasi yang semakin menua. Jepang menghadapi ancaman dari pergeseran demografi yang drastis, dengan proporsi lansia yang semakin meningkat dan jumlah kelahiran yang menurun. Satu pekerjaan besar yang dihadapi Takaichi adalah merancang kebijakan yang dapat mendorong partisipasi tenaga kerja, terutama dari perempuan dan tenaga kerja asing.

Masyarakat Jepang juga menanti langkah Takaichi dalam menangani isu-isu lingkungan, termasuk perubahan iklim dan kebijakan energi. Sebagai negara yang dikenal sangat bergantung pada energi fosil, ada harapan besar agar pemerintahannya bisa menghasilkan kebijakan yang lebih ramah lingkungan.

Secara keseluruhan, pelantikan Sanae Takaichi menandai babak baru dalam sejarah Jepang dengan hadirnya pemimpin perempuan di posisi tertinggi. Harapan publik dan pengamat politik kini tertuju pada tindakan konkret Takaichi dalam mewujudkan visi dan misinya untuk Jepang ke depan.