Donald Trump Soroti Demonstrasi “No Kings” dengan Unggahan Video Kecerdasan Buatan
Jakarta, CNN Indonesia – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menjadi perbincangan setelah mengunggah video dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang mengejek gerakan demonstrasi “No Kings”. Aksi ini berlangsung di 50 negara bagian, menuntut penegakan demokrasi dan mengecam kepemimpinan Trump yang dianggap semakin otoriter.
Video berdurasi 19 detik tersebut diunggah di platform Truth Social, menampilkan Trump di dalam jet tempur yang dijuluki “King Trump”. Dalam video itu, ia mengelurkan objek mirip kotoran ke arah para pengunjuk rasa di Amerika Serikat, termasuk sosok oposisi sayap kiri, Harry Sisson. Aksi ini seakan menegaskan sikap Trump yang meremehkan suara kritis dari rakyatnya.
Harry Sisson, dalam cuitannya di platform X, mengekspresikan keberatan terhadap video tersebut. “Bisakah ada reporter yang menanyakan kepada Trump mengapa ia mengunggah video AI ini? Terima kasih,” tulis Sisson. Tanggapan dari Wakil Presiden JD Vance pun muncul, dengan janji untuk mengajukan pertanyaan serupa kepada Trump.
Hingga saat ini, Gedung Putih belum memberikan penjelasan terkait video yang memicu kontroversi tersebut. Menariknya, dalam beberapa bulan terakhir, Trump telah sering memanfaatkan video AI untuk merespons kritik yang datang kepadanya. Sebuah tinjauan dari NBC News mencatat, selama sembilan bulan terakhir, Trump mengunggah puluhan video semacam itu di akun Truth Social. Sebagian besar video ini diambil dari akun lain dan kemudian dibagikan ulang oleh Trump. Video yang paling baru diunggah merupakan versi yang menyoroti situasi terkini di negaranya.
Gerakan “No Kings” sendiri mengklaim bahwa hampir tujuh juta orang turut serta dalam lebih dari 2.700 aksi demonstrasi yang dilakukan pada akhir pekan lalu. Jumlah ini meningkat signifikan, dua juta orang lebih banyak dibandingkan aksi serupa yang digelar pada bulan Juni lalu. Para demonstran menuntut kepemimpinan yang lebih demokratis dan berfokus pada pemenuhan hak-hak rakyat.
Dalam wawancara dengan pembawa acara Fox News, Maria Bartiromo, Trump membantah anggapan bahwa ia berperilaku layaknya seorang raja. “Jadi, orang-orang menyebut saya sebagai raja, tetapi saya bukan (raja),” ungkapnya, menunjukkan upaya untuk meredakan kritik yang ditujukan padanya.
Aksi dan respons yang dilancarkan oleh Trump mencerminkan ketegangan politik yang berlangsung di Amerika Serikat saat ini. Demonstrasi “No Kings” menjadi salah satu manifestasi nyata dari ketidakpuasan masyarakat terhadap gaya kepemimpinan Trump, yang dianggap terlalu jauh menyimpang dari prinsip-prinsip demokrasi yang selama ini dianut.
Sementara itu, dinamika politik di negeri Paman Sam menunjukkan bahwa protes dan kritik terhadap kekuasaan masih akan terus bergulir. Penggunaan media sosial, termasuk video AI, menjadi alat bagi para politisi untuk mengatur narasi dan menangkis serangan dari lawan politiknya. Kondisi ini tentu menjadi perhatian publik, mengingat pentingnya klarifikasi dan akuntabilitas dalam kepemimpinan.
Dengan demikian, situasi ini tetap menarik untuk diikuti, khususnya menjelang pemilihan umum mendatang di Amerika Serikat yang semakin dekat. Keberadaan gerakan masyarakat seperti “No Kings” mencerminkan tantangan yang harus dihadapi Trump dalam menjaga dukungan publik di tengah kritik yang terus bermunculan.









