Trump Siap Ambil Tindakan Jika Hamas Gagal Melucuti Senjata
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, belum menetapkan batas waktu bagi Hamas untuk melucuti senjata sesuai kesepakatan gencatan senjata yang telah dibuat. Namun, ia memperingatkan potensi intervensi jika kelompok tersebut tidak memenuhi komitmen yang telah disepakati.
Dalam wawancara yang disiarkan oleh Fox News pada hari Minggu, 19 Oktober 2023, Trump menegaskan bahwa tidak ada “batas waktu yang tegas” untuk Hamas. Ia menyatakan, “Kami akan melihat bagaimana semuanya berjalan.” Pernyataan ini muncul di tengah kesepakatan yang dicapai antara Israel dan Hamas—hasil dari rencana yang diajukan oleh Trump sendiri.
Ketika ditekan tentang keyakinan akan kesediaan Hamas untuk menyerahkan senjatanya, Trump menyebut bahwa kelompok perlawanan tersebut telah menyatakan niat untuk melakukannya. Namun, ia juga menegaskan bahwa jika Hamas tidak memenuhi janji mereka, tindakan tegas dari AS akan diambil. “Mereka mengatakan akan [melakukan itu]… jika terpaksa, kami akan melucuti senjata mereka,” imbuhnya. Trump menegaskan bahwa keterlibatan dapat dilakukan oleh AS atau mitra seperti Israel, meskipun ia menyatakan tidak akan mengerahkan pasukan ke Gaza.
Kesepakatan gencatan senjata yang berhasil dicapai terdiri dari 20 poin, dengan fase pertama mencakup pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina. Fase berikutnya memasukkan rencana untuk rekonstruksi Gaza serta pembentukan pemerintahan baru di wilayah tersebut tanpa melibatkan Hamas.
Sejak awal Oktober 2023, agresi militer Israel di Gaza telah mengakibatkan hampir 68.000 warga Palestina tewas, dengan sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak. Krisis kemanusiaan yang terjadi telah membuat wilayah tersebut nyaris tidak layak huni.
Krisis yang berkepanjangan ini menimbulkan banyak pertanyaan mengenai prospek perdamaian di wilayah yang telah lama dikoyak oleh konflik. Reaksi internasional pun beragam, dengan banyak pihak meminta agar solusi yang adil dan permanen segera ditemukan.
Kondisi di Gaza saat ini dipandang sebagai salah satu yang terburuk dalam sejarah konflik tersebut. Diharapkan, melalui kesepakatan yang dicapai, akan ada upaya nyata menuju perdamaian dan rekonstruksi, meskipun tantangan besar masih harus dihadapi di depan.









